Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Sepekan (3/6): Emas Redup, Batu Bara dan CPO Menghijau

Harga emas pada awal pekan Senin ini (3/6) dalam tren melemah. Sedangkan CPO dan batu bara mencatatkan penguatan dalam sepekan.
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas pada awal pekan melemah setelah rilis data Inflasi Amerika Serikat (AS). Sedangkan, harga komoditas batu bara dan CPO telah mencatatkan penguatan dalam sepekan. 

Berdasarkan data Bloombergharga emas di pasar spot telah melemah 0,13% ke level US$2.324,31 per roy ounce ada perdagangan Senin (3/6/2024) pada pukul 06.41 WIB. Sebelumnya, emas di pasar spot telah melemah 1,12% dalam sepekan. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,02% ke level US$2.345,30 per troy ounce, juga mencatatkan pelemahan sebesar 0,48% dalam sepekan. 

Mengutip Dailyfx, pada perdagangan minggu lalu penurunan terjadi dinilai kurang kuat dan tidak menentukan, sehingga menunjukan adanya keragu-raguan dari para penjual. Namun situasi ini dapat berubah pada minggu ini jika harga tidak segera berbalik naik.

Kemudian, jika emas terus bergerak menurun dalam beberapa hari mendatang, dinilai bahwa sentimen bearish dapat menjadi lebih dominan, menciptakan kondisi yang tepat untuk penurunan lebih dalam menjelang Juni 2024. 

Selain itu, mengutip Bloombergdiketahui bahwa miliaran dolar emas diselundupkan keluar Afrika setiap tahunnya. Sebagian besar diekspor ke Uni Emirat Arab untuk diproses. 

Berdasarkan data impor emas yang diumumkan dan tidak diumumkan selama periode 10 tahun yang berakhir pada 2022, SwissAid memperkirakan perdagangan gelap berjumlah antara US$23,7 miliar dan US$35 miliar per tahun berdasarkan harga pasar saat ini. Lebih dari 435 ton emas batangan diselundupkan keluar Afrika pada 2022.

Menurut kelompok SwissAid, hal ini memicu konflik, mendanai jaringan kriminal dan teroris, melemahkan demokrasi dan memfasilitasi pencucian uang. 

Harga Batu Bara 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juni 2024 di ICE Newcastle ditutup menguat 0,36% ke level US$140,75 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (31/5), mencatatkan penguatan 0,54% dalam sepekan

Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga menguat 0,49% ke level US$142,90 per metrik ton. Dalam sepekan kontrak ini telah menguat sebesar 0,42%.

Mengutip Energyworld, Diketahui bahwa permintaan puncak listrik India mencapai rekor tertinggi sebesar 250 gigawatt pada Kamis (30/5). Adapun, stok batu bara di pembangkit listrik termal India terus berada di atas 45 juta metrik ton.

Jumlah stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 19 hari, di kala permintaan puncak listrik karena kondisi gelombang panas. Stok tersebut juga 30% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. 

Kementerian batu bara India juga siap memastikan ketersediaan batu bara yang cukup di pembangkit listrik termal, selama musim hujan yang akan segera tiba. 

Diharapkan pada 1 Juli 2024, lebih dari 42 metrik ton batu bara akan tersedia di pembangkit listrik termal tersebut. Coal India, yakni perusahaan milik negara, menyumbang lebih dari 80% pasokan batu bara domestik.

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Jumat (31/5) kontrak Agustus 2024 menguat 86 poin menjadi 4.079 ringgit per ton. Dalam sepekan kontrak ini telah menguat sebesar 4,92%.

Kemudian, kontrak Juni 2024 ditutup menguat 83 poin menjadi 4.079 ringgit per ton, dan telah menguat 5,09% dalam sepekan. 

Informasi lantai bursa disebukan kontrak berjangka CPO diperkirakan diperdagangkan dengan bias menurun pada minggu depan. Hal ini terjadi karena adanya tekanan jual di tengah lonjakan harga baru-baru ini. 

Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa kenaikan produksi juga menjaga tekanan pada sentimen pasar. Ia memperkirakan harga pada minggu ini diperdagangkan di kisaran RM3.950 dan RM4.100 per ton. 

Pedagang minyak sawit senior Interband Group of Companies, Jim Teh, mengatakan kontrak berjangka CPO diperkirakan diperdagangkan antara RM3.700 dan RM3.800 per ton.

“Dari segi stok, stoknya banyak di Malaysia dan Indonesia, jadi seperti biasa permintaan fisik akan datang dari China, India, Pakistan, dan negara-negara Timur Tengah, sedangkan produksi akan meningkat pada Mei dan Juni karena cuaca yang baik,” ujarnya.

Salah satu produsen CPO terkemuka di dunia, SD Guthrie Bhd menuturkan bahwa harga CPO diperkirakan tetap didukung karena ketegangan geopolitik yang berlanjut dan dampak cuaca ekstrem, yang diperkirakan terjadi di negara-negara produsen, yang dapat berdampak pada pasokan minyak nabati secara global. 

Chief Operation Officer Mohd Haris Mohd Arshad mengatakan harga akan tetap cukup mendukung dan diperkirakan rata-rata di atas RM4.000 per ton pada 2024. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper