Bisnis.com, JAKARTA – Meski mendapatkan suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam jumlah besar, beberapa emiten BUMN konstruksi masih menghadapi kerugian.
Melansir data Kementerian Keuangan, yang dipublikasikan dalam Nota Keuangan APBN Tahun Anggaran 2024, total ada delapan perusahaan pelat merah selaku pelaksana penugasan infrastruktur dengan nilai PMN terbesar sejak 2015 hingga kuartal I/2023.
Mereka adalah PT Hutama Karya (Persero), PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT PP (Persero) Tbk., dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Dari nama-nama tersebut, Waskita Karya dan Wijaya Karya menjadi dua emiten BUMN yang masih membukukan kerugian hingga akhir 2023. Hingga akhir tahun lalu, Waskita Karya membukukan kerugian Rp3,77 triliun atau naik dari tahun sebelumnya Rp1,89 triliun. Adapun Wijaya Karya merugi Rp7,12 triliun tahun lalu, meningkat dibandingkan kerugian 2022 sebesar Rp59,59 miliar.
SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menuturkan perseroan telah meraih PMN sebesar Rp3,5 triliun pada 2015. Emiten dengan ticker WSKT ini kemudian mendapatkan lagi suntikan modal senilai Rp7,9 triliun pada 2021.
“Secara total jumlah PMN yang telah diterima Waskita pada tahun 2015 sampai dengan kuartal I/2024 adalah sebesar Rp11,4 triliun,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/7/2024).
Baca Juga
Ermy menjelaskan bahwa pemberian PMN kepada perseroan untuk memenuhi porsi investasi ekuitas guna menyelesaikan proyek-proyek strategis nasional di sektor jalan tol. Meski demikian, WSKT dinilai tetap memerlukan pendanaan dari pihak ketiga
“Ruas-ruas tol tersebut juga memerlukan pendanaan dari pihak ketiga yang memiliki beban bunga yang masih cukup tinggi, dan beban bunga tersebut masih akan terkonsolidasi sampai ruas tol tersebut dapat didivestasi,” pungkasnya.
Dia menambahkan Waskita juga mengalami penurunan kinerja operasional yang disebabkan keterbatasan modal kerja karena proses restrukturisasi sedang berlangsung.
Perusahaan saat ini telah mengimplementasikan program pemulihan keuangan, di antaranya restrukturisasi utang, divestasi jalan tol, dan perbaikan tata kelola. Hal ini diharapkan membawa dampak positif pada kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Di sisi lain, Ermy menyatakan penggunaan PMN dilandaskan pada prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik. Waskita juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta melaporkan penggunaan modal negara ke Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.
“Waskita juga telah membentuk program PMN War Room untuk memastikan dana PMN terserap dengan optimal dan efektif sesuai waktu yang telah ditentukan,” tuturnya.