Bisnis.com, JAKARTA — Investor kawakan Lo Kheng Hong buka suara soal maraknya penipuan investasi saham yang mengatasnamakan dirinya.
Berdasarkan pantauan Bisnis, modus penipuan yang dilakukan oknum penipu tersebut mengatasnamakan Lo Kheng Hong, kemudian mengirim pesan melalui media sosial Facebook maupun Instagram kepada calon korban dengan iming-iming akan dijanjikan return fantastis dalam investasi saham.
Selanjutnya, calon korban akan diarahkan untuk masuk ke sebuah grup WhatsApp (WA) berkedok kelas investasi saham yang mengatasnamakan Lo Kheng Hong. Namun, praktiknya dilakukan secara ilegal dan berpotensi menimbulkan kerugian finansial bagi korbannya di kemudian hari.
Pria yang dijuluki Warren Buffett Indonesia itu pun menegaskan bahwa dirinya tidak pernah membuka kelas maupun grup WhatsApp untuk berinvestasi saham. Dia juga mengimbau para investor agar tidak terjebak penipuan tersebut.
"Sekarang banyak beredar Grup WA yang mengatasnamakan saya, dengan ini saya beritahukan bahwa saya tidak punya grup WA untuk investasi saham," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (5/7/2024).
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan investor agar tidak terjebak oleh para influencer saham yang berisiko menimbulkan kerugian finansial di kemudian hari.
Baca Juga
Pasalnya, belakangan ini tengah ramai di media sosial mengenai adanya seorang influencer berinisial ARR yang diduga gagal mengelola dana investasi publik sebesar Rp71 miliar.
Diketahui, influencer tersebut kerap mengunggah seputar investasi dan telah memiliki puluhan ribu pengikut di media sosial.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan para investor harus bisa membedakan antara influencer dan pengelola atau penasihat investasi. Sebab, untuk menjadi manajer investasi yang mengelola dana investasi publik, perlu memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Untuk menjadi penasihat atau manajer investasi sudah ada POJK yang mengatur dan harus punya lisensi dari OJK," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/7/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan sejauh ini BEI telah memfasilitasi para pegiat media sosial yang membuat konten seputar investasi saham melalui program Sekolah Pasar Modal.
"Beberapa tahun terakhir ini BEI sudah mengajak puluhan pegiat media sosial untuk mengikuti Sekolah Pasar Modal agar dalam kontennya mereka bisa menyampaikan secara baik kepada follower-nya," kata Jeffrey.
Kendati demikian, terkait sosok influencer saham berinisial ARR yang diduga gagal mengelola dana titipan investasi saham Rp71 miliar tersebut, Jeffrey mengatakan nama ARR tidak pernah mengikuti pelatihan kompetensi resmi dari BEI.
Tanda-tanda yang perlu diwaspadai oleh investor saham pemula
1. Influencer berulang kali memamerkan keuntungan besar dalam bentuk rupiah yang berhasil mereka dapatkan dalam waktu singkat. Perlu diketahui bahwa saham merupakan instrumen beresiko tinggi dan cenderung jangka panjang yang pergerakan naik turun tergolong cepat
2. Para influencer tersebut tidak menjelaskan margin of safety atau selisih antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga jual saat ini. Seringkali informasi hanya berupa potensi profit besar tetapi tidak masuk akal untuk dicapai dalam waktu singkat dan cepat oleh trader investor saham pemula karena pasti ada suspensi maupun unusual market activity (UMA).
3. Menciptakan FOMO alias fear of missing out, rasa takut dan cemas akan ketinggalan berita atau hal-hal terbaru yang terjadi. Informasi rekomendasi beli saham diumumkan pada media sosial dengan jumlah pengikut besar agar tercipta FOMO atau pemikiran bahwa bila saya tidak segera beli saham tersebut sekarang maka di luar sana banyak ratusan ribu follower akan lebih dulu membeli dan menikmati profit.
4. Menarik jumlah anggota trader investor saham pemula melalui endorse di media sosial. Tak jarang, kolaborasi dibutuhkan agar paparan informasi lebih mudah tersampaikan karena sekecil apapun volume akan bermanfaat bagi mereka untuk dump saham tersebut.
5. Memiliki wadah grup khusus komunikasi dua arah yang digunakan mengkoordinasikan anggota untuk membeli (perhatikan komposisi pembelajaran dan percakapan wadah grup tersebut). Ada grup berbayar dan grup Gratis, sudah dapat dipastikan bahwa grup gratis tidak mendapat informasi secepat dan seakurat dari grup berbayar tersebut.