Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Saham HOKI dan NASI Jelang Penetapan HET Beras Permanen

Penetapan relaksasi harga eceran tertinggi beras secara permanen pada Juni 2024 akan menjadi sentimen bagi emiten beras HOKI dan NASI.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bakal menetapkan relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras secara permanen pada Juni 2024. Dengan langkah tersebut, apakah saham HOKI dan NASI bakal tersengat lagi? 

Rencana penetapan HET beras secara permanen kini sedang menunggu payung hukum Peraturan Badan Pangan Nasional, yang ditargetkan rampung sebelum 31 Mei. Nantinya, harga beras dalam beleid ini sama dengan HET saat relaksasi diberlakukan sejak Maret 2024. 

Berdasarkan relaksasi yang berlaku sejak 10 Maret 2024 hingga akhir Mei, HET beras premium dipatok sebesar Rp14.900/kg hingga Rp15.800/kg sesuai wilayah. Angka itu meningkat dari sebelumnya Rp13.900/kg - Rp14.800/kg.

Sementara itu, HET beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) per 1 Mei 2024 naik menjadi Rp12.500/kg hingga Rp13.500/kg, dari sebelumnya berada di level Rp10.900/kg sampai dengan Rp11.800/kg.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa kenaikan harga beras memang kerap menjadi sentimen bagi emiten yang bergerak di sektor pengolahan dan perdagangan beras. 

Sedikitnya ada dua produsen beras di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka adalah PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk. (NASI). 

“Saham HOKI dan NASI ketika sempat terjadi kenaikan harga, sebenarnya tertolong oleh sentimen dari langkah pemerintah menaikkan HET beras premium dan medium," ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Senin (27/5/2024). 

Namun, lanjutnya, untuk sementara ini harga saham keduanya sedang dalam fase menurun seiring meredanya pemberitaan terkait dengan kenaikan harga beras. 

Dari sisi fundamental, Nafan mengatakan penetapan relaksasi HET yang berlangsung pada Juni mendatang bakal mengurangi tekanan pada margin keuntungan masing-masing perusahaan.

Hal senada juga diungkapkan Analis Investment Stockbit Hendriko Gani. Dalam riset beberapa waktu lalu, dia mengatakan tingginya HET beras berpotensi melonggarkan tekanan pada gross profit margin (GPM). 

Namun, khusus untuk HOKI, Hendriko menilai model bisnis perseroan yang meliputi pengolahan dan perdagangan beras, sejatinya kurang diuntungkan dari tren kenaikan harga beras. 

"Sebagai pengingat, terdapat beberapa harga dalam rantai pasokan perdagangan beras. Model bisnis HOKI sendiri adalah membeli beras di tingkat penggilingan, sebelum kemudian menjualnya kembali pada konsumen akhir dengan harga yang diatur melalui HET," ujarnya. 

Dihubungi terpisah, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyematkan rekomendasi buy on weakness untuk HOKI dan NASI. Target harga saham keduanya masing-masing di level Rp170-Rp180 dan Rp204-Rp216. 

Pada perdagangan hari ini, saham HOKI ditutup dengan koreksi 1,91% menuju level Rp154. Harga tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 19,08% selama delapan hari terakhir, tetapi melemah 23,44% sepanjang tahun berjalan.

Adapun saham NASI naik 1,20% menuju level Rp169. Saham yang resmi melantai pada 2021 silam ini melonjak 113,54% dalam 10 hari terakhir dan tumbuh 119,48% year-to-date (YtD). 

Sementara itu, dalam catatan Bisnis, manajemen HOKI menargetkan kinerja penjualan tumbuh di atas 10% pada 2024. Seturut dengan rencana tersebut, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp15 miliar.

"Mayoritas dari belanja modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan produk FMCG melalui anak usaha PT Hoki Distribusi Niagam, seperti pembelian tanah, pembangunan pabrik, dan lainnya," tutur Direktur HOKI Budiman Susilo.

---------------------------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper