Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) menguat ke kisaran US$69.000 berkah sentimen positif perilisan data ekonomi Amerika Serikat (AS) pekan lalu, ditambah larisnya permintaan investor exchange-traded fund (ETF) Bitcoin Spot. Tanda-tanda tren pasar kripto bakal menghijau?
Berdasarkan data CoinMarketCap, Bitcoin mulai merangkak naik setelah pengumuman Indeks Harga Konsumen (CPI) AS April 2024 resmi dirilis pada Rabu (15/5/2024).
Secara bulanan, CPI AS per April 2024 hanya naik 0,3% atau lebih rendah dari perkiraan mayoritas ekonom pada level 0,4% dan secara tahunan sesuai perkiraan pada level 3,4%. Keduanya sama-sama melandai dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 dan terbilang paling baik sejak 6 bulan terakhir.
Tak lama setelah itu, Bitcoin juga terpengaruh sentimen positif atas dibukanya laporan para penerbit dan pemilik ETF Bitcoin Spot sepanjang kuartal I/2024, di mana merupakan mandat rutin Securities and Exchange Commission (SEC) alias otoritas bursa AS.
Sekadar info, ETF Bitcoin baru disetujui secara resmi pada 12 Januari 2024. Memungkinkan investor mendapatkan eksposur terhadap investasi Bitcoin tanpa harus memiliki BTC secara langsung, melainkan melalui para penerbit ETF, atau secara konsep seperti membeli reksa dana.
Beberapa nama penerbit ETF Bitcoin Spot populer, antara lain BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT), Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), Fidelity Wise Bitcoin Fund (FBTC), ARK Invest The ARK 21Shares Bitcoin ETF (ARKB), dan lain-lain dengan total mencapai 11 penerbit.
Baca Juga
Laporan dari Bitcoin.com membuktikan bahwa hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan, 11 penerbit ETF Bitcoin Spot itu telah menggenggam kepemilikan 837.511,01 BTC atau setara US$56 miliar, alias telah mencapai porsi 4,25% dari total peredaran Bitcoin di dunia sebanyak 19,7 miliar BTC.
Analis ETF Senior Eric Balchunas pun mengungkap kondisi itu seiring dengan ramainya permintaan investor institusi jumbo seperti manajer investasi, hedge fund manager, sampai lembaga keuangan dan dana pensiun.
Nama-nama sekaliber Millennium Management, Schonfeld Strategic Advisors, Morgan Stanley, JPMorgan, BNP Paribas, Royal Bank of Canada, dan lain-lain, muncul sebagai pembeli ETF Bitcoin.
"Dari sekitar 500 pembeli ETF Bitcoin, mayoritas 60% di antaranya merupakan manajer investasi, dan hedge fund manager sekitar 25%. Contoh, Millennium Management saat ini menjadi pemegang terbesar, setara US$2 miliar di beberapa ETF, seperti IBIT, GBTC, sampai BITB," ungkap Eric dalam analisisnya di akun X resmi miliknya, dikutip Selasa (21/5/2024).
Alhasil, saat ini harga BTC telah memasuki zona all time high sejak awal dilahirkan. Pada tren bullish bulan lalu, rekor harga puncaknya sempat tembus kisaran US$75.000.
Sentimen positif terhadap BTC tampaknya turut berpengaruh terhadap Altcoin populer macam Ethereum (ETH), Solana (SOL), sampai Ripple XRP (XRP), di mana berdasarkan data CoinMarketCap kompak menguat dalam 7 hari belakangan.
Bahkan, Memecoin populer seperti Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB) pun ikut terkerek. Sementara itu, Binance Coin (BTB) dan Toncoin (TON) masih dalam tren perbaikan atas penurunan.
Lembaga edukasi kripto, Pintu Academy mengingatkan agar analisis fundamental tetap penting dicermati para investor kripto di tengah tanda-tanda tren bullish ke depannya, terutama yang tertarik mulai membeli Altcoin dalam waktu dekat.
Pasalnya, apabila Bitcoin dan Stablecoin berkaitan erat dengan kondisi perekonomiaan riil, sentimen terhadap Altcoin lebih bermacam-macam.
"Analisis fundamental dalam konteks kripto berfokus pada evaluasi nilai aset berdasarkan teknologi, ekonomi token, tim pengembang, dan peran aset tersebut di pasar. Analisis ini akan membantu menentukan apakah aset tersebut undervalued atau overvalued berdasarkan faktor-faktor tersebut," jelas tim Pintu Academy dalam keterangannya.
Bagi para investor, analisis fundamental memberikan wawasan mendalam tentang proyek di balik aset kripto terkait, serta membantu membedakan antara proyek yang serius dengan potensial scam.
Misalnya, tim Pintu Academy menyarankan setiap investor untuk membaca whitepaper aset kripto terkait secara serius dan detail.
Selain itu, evaluasi juga tim pengembang aset terkait, cari tahu latar belakang dan rekam jejak tim. Hindari proyek dengan tim yang anonim atau memiliki sejarah negatif.
"Pahami juga ekonomi token, melalui analisis distribusi token dan vesting periods untuk memahami potensi inflasi atau deflasi dari aset tersebut. Gunakan pula analisis on-chain dari blockchain untuk menilai aktivitas dan adopsi aset," tambahnya.
Pada prinsipnya, analisis mendalam juga penting untuk membantu mengidentifikasi aset kripto yang saat ini masih memiliki kapitalisasi pasar rendah, namun memiliki potensi kenaikan tinggi ke depannya.
"Proyek kripto yang baik akan memiliki whitepaper yang rinci, tim yang kredibel, teknologi yang inovatif, ekonomi token yang seimbang, serta transparansi dan dukungan komunitas yang aktif," tutup tim Pintu Academy.