Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp15.998 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Nilai tukar rupiah melemah nyaris sentuh Rp16.000 pada Selasa (21/5/2024) jelang rilis risalah rapat The Fed.
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah di hadapan dolar AS dan nyaris menyentuh level Rp16.000 pada perdagangan hari ini, Selasa (21/5/2024). Sejumlah mata uang Asia lainnya bervariasi, sedangkan dolar AS stagnan pada sore ini.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup ambles 0,13% atau 21 poin ke level Rp15.998 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau stagnan di posisi 104,56. 

Sederet mata uang kawasan Asia lainnya terpantau melemah terhadap dolar AS sore ini. Misalnya, dolar Taiwan turun 0,15%, won Korea melemah 0,54%, peso Filipina ambles 0,61%, yuan China melemah 0,04%, dan ringgit Malaysia melemah 0,16%.  

Sementara itu, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yakni yen Jepang naik 0,04%, dolar Singapura menguat tipis 0,01%, kemudian rupee India menguat 0,06%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, komentar dari pejabat The Fed bahwa bank sentral masih perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi sedang turun, dan bahwa suku bunga kemungkinan tidak akan berubah untuk sementara. 

"Hal ini membuat risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan April, yang dijadwalkan pada hari Rabu, menjadi fokus utama, untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai sikap bank tersebut terhadap suku bunga," ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (21/5/2024).

Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target bank sentral AS sebesar 2% setelah data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2024 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali seiring dampak peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 mencatat defisit US$6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar US$140,4 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Transaksi berjalan mencatat defisit rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Pada kuartal I/2024, transaksi berjalan mencatat defisit US$2,2 miliar atau 0,6% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit US$1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal IV/2023.

"Pada perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah  di rentang Rp15.980-Rp16.040," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper