Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik pada Selasa dini hari, (16/4/2024), karena permintaan investor terhadap safe-haven yang dipicu oleh ketegangan di Timur Tengah dan kecilnya potensi penurunan suku bunga AS.
Harga emas naik bersama dengan dolar AS dan imbal hasil Treasury menyusul peningkatan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada Maret 2024. Data tersebut menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve (The Fed) dapat menunda pemotongan suku bunga tahun ini.
Harga emas di pasar spot naik 0,9% menjadi US$2,365.09 per ons pada waktu setempat, setelah mencapai rekor tertinggi US$2,431.29 pada Jumat pekan lalu untuk mengantisipasi serangan balasan Iran terhadap Israel.
Adapun harga emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih tinggi pada US$2,383. Melansir dari Reuters, Kepala strategi komoditas di TD Securities Bart Melek mengatakan pergerakan harga emas didorong oleh kondisi geopolitik Timur Tengah.
Sebagaimana diketahui, Iran meluncurkan drone dan rudal berbahan peledak pada Sabtu malam yang merupakan serangan pertama terhadap Israel oleh negara lain dalam lebih dari tiga dekade sehingga memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas.
Sementara itu, dolar AS naik 0,2% dan imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam lima bulan setelah data menunjukkan penjualan ritel AS meningkat lebih dari perkiraan pada Maret.
Data tersebut membuat investor melihat kurang dari dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2024. Kendati demikian, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures Daniel Pavilonis menyebutkan dalam jangka pendek, harga emas bisa turun menuju US$2.200 karena premi geopolitik hilang. Pembelian bank sentral juga memberikan dukungan terhadap emas batangan.
"Tidak mungkin terjadi pembalikan penjualan bersih dalam jangka waktu dekat meskipun harga emas mencapai rekor tertinggi, karena pembelian oleh bank sentral cenderung bersifat strategis dan tidak sensitif terhadap harga," kata analis di Heraeus dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters.
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah adalah alasan untuk membeli emas itu sendiri, kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone Group Ltd.
“Ada tambahan nilai atau premi geopolitik yang cukup besar yang yang sudah diperhitungkan dalam pergerakan harga emas,” katanya. Hal tersebut menunjukkan optimisme faktor-faktor geopolitik dan ketidakpastian akan terus mendukung kenaikan harga emas dalam jangka menengah.
Bloomberg menyebut harga emas telah melonjak sekitar 20% sejak pertengahan Februari dalam reli yang banyak mengejutkan investor. Pasar swap atau swap market menunjukkan investor telah menurunkan harapan mereka terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Keadaan ini akan menjadi penghambat bagi logam mulia, karena logam mulia tidak memberikan penghasilan berupa bunga ke pemegangnya.
Namun, peningkatan harga emas masih mendapatkan dukungan dari faktor-faktor lain yang mendukung kenaikan harga, seperti pembelian yang kuat oleh bank sentral, dan permintaan yang meningkat dari konsumen China. Selain itu, ketegangang geopolitik yang meningkat di Timur Tengah dan Ukraina juga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan Iran secara tak terduga melakukan penyerangan langsung ke Israel pada hari Minggu, walaupun sebelumnya banyak pengamat yang mengatakan Iran akan melakukan penyerangan melalui pihak ketiga.
Namun, kata Ibrahim, apa yang terjadi saat ini di luar dugaan para pengamat. Bahkan, lanjutnya, Amerika Serikat juga terkejut.
"Ini membuat harga minyak dunia dan emas akan menguat, sementara rupiah akan melemah," kata Ibrahim, dikutip Senin (15/4/2024).
Dia melanjutkan, kemungkinan besar harga emas masih akan terus mengalami kenaikan, karena target emas saat ini ada di US$2.350 per troy ons. Apabila target tersebut telah tercapai, maka target selanjutnya bagi harga emas ada di US$2.400 per troy ons.
Dengan dampak tensi politik yang tinggi di Timur Tengah, Ibrahim memperkirakan harga emas masih akan meluncur tinggi.