Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun ke level 7.245,32 pada perdagangan hari ini, Jumat (5/4/2024). Meskipun IHSG lesu, saham ASII, BBCA dan BREN tetap melaju di zona hijau.
Berdasarkan data RTI Business pukul 09.00 WIB, IHSG turun 0,13% atau 9,07 poin ke level 7.245,32 pada perdagangan hari ini. IHSG bergerak pada rentang 7.241 hingga 7.254 di awal sesi.
Tercatat, 167 saham menguat, 160 saham melemah, dan 190 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp11.809 triliun.
Adapun, dari jajaran saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big cap, saham PT Astra International Tbk. (ASII) terpantau memimpin dengan kenaikan 0,97% ke level Rp5.225 per saham. Disusul PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) milik Hartono bersaudara yang menguat 0,76% ke level Rp9.925 per saham.
Selanjutnya, saham milik konglomerat Prajogo Pangestu naik 0,43% ke level Rp5.900 per saham. Di lain sisi, saham Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) stagnan di level Rp19.050.
Dari jajaran saham terlaris pagi ini dihuni BBRI dengan nilai transaksi sebesar Rp84,7 miliar. Disusul BBCA dan TLKM masing-masing sebesar Rp39,3 miliar dan Rp22,7 miliar. Namun, saham BBRI ambles 1,32% ke Rp5.625 per saham, disusul TLKM yang turun 0,58% ke Rp3.430 per saham.
Baca Juga
Di lain sisi, saham top gainers pagi ini dipimpin oleh PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) yang mengalami kenaikan 34,62% atau hampir tembus auto rejection atas (ARA) ke level Rp105 per saham. Sementara itu, saham top losers dihuni oleh PT Venteny Fortuna International Tbk. (VTNY) yang turun 7,01% ke posisi Rp199 per saham.
Tim Analis Phintraco Sekuritas mengatakan IHSG berpotensi tutup gap ke 7.250-7.280 di Jumat. IHSG membentuk pola bullish sandwich berdasarkan rebound Kamis. Bersamaan dengan rebound tersebut, Stochastic RSI membentuk golden cross pada oversold area.
“Dengan demikian, IHSG berpotensi tutup gap ke 7.250-7.280 di Jumat [5/4/2024],” kata Tim Analis Phintraco Sekuritas dalam risetnya.
Adapun, sentimen dari eksternal yaitu pasar merespon hasil ECB Monetary Policy Meeting Accounts. Dengan realisasi inflasi Euro Area yang berada di bawah ekspektasi di Maret 2024, ECB diyakini mulai melunak terkait pandangannya terhadap arah kebijakan moneter di 2024.
Masih dari eksternal, pasar juga diperkirakan merespons data sektor tenaga kerja AS yang diperkirakan juga mempengaruhi arah kebijakan the Fed. Survey CME FedWatch Tools menunjukan penurunan peluang pemangkasan suku bunga acuan the Fed ke 55,8% di FOMC Juni 2024.
Sementara itu, di dalam negeri, kondisi ini tampaknya masih akan menekan nilai tukar rupiah untuk beberapa waktu ke depan yang diharapkan bisa diredam dengan intervensi pemerintah ke pasar keuangan Indonesia.
---
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.