Bisnis.com, JAKARTA - Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) baru merilis kinerja keuangan tahun 2023 secara year on year (YoY) dari tahun 2022 pada Selasa (19/3/2024) dengan sejumlah pemulihan performa yang cukup signifikan, mulai dari pendapatan, penurunan beban dan rugi operasional.
Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih GOTO mencapai Rp 14,79 triliun, naik 30,28% dari sebelumnya Rp 11,35 triliun, total beban operasional turun hingga 40% atau Rp 16 triliun YoY, dan rugi operasional (rugi usaha) turun 66,11% menjadi Rp 10,28 triliun dari rugi Rp 30,33 triliun.
Bila mengacu pada neraca keuangan GOTO, salah satu yang menarik perhatian investor dan pelaku pasar modal adalah ketika induk Gojek dan GoTo FInancial (GTF) ini melaporkan arus kas operasional dengan angka yang lebih efisien dibandingkan dengan 2022.
Sebagai informasi, dalam literatur keuangan, arus kas operasi atau operating cash flow (OCF) adalah laporan pemasukan dan pengeluaran dalam bisnis suatu perusahaan yang menunjukkan seberapa baik perusahaan itu mengelola keuangannya.
Dalam industri startup atau perusahaan teknologi, posisi arus kas operasional dan jumlah kas yang dipegang lazim dipakai analis untuk menghitung cash runway perusahaan alias berapa lama kemampuan kas perusahaan teknologi itu dalam menjaga bisnis mereka tetap beroperasi di tengah kondisi rugi dan belum ada suntikan dana tambahan.
Lantas bagaimana posisi cash runway GOTO?
Per Desember tahun lalu, GoTo mampu mempertahankan posisi kas dan keuangan yang kuat dengan jumlah kas, setara kas, dan deposito jangka pendek mencapai Rp 27,4 triliun, kendati turun 5,5% dari Desember 2022 senilai Rp 29 triliun..
Sementara itu, arus kas dari aktivitas operasional tahun lalu sebesar Rp 4,33 triliun, membaik atau lebih efisien 75% dibandingkan full year 2022 yang sebesar Rp 17,21 triliun.
Jika dihitung di tahun 2022, dari posisi kas GOTO sebesar Rp 29 triliun, maka cash runway perseroan hanya bisa mencapai 1,7 tahun dengan asumsi tak ada suntikan pendanaan baru dari investor atau penarikan modal baru via saham baru (rights issue atau private placement).
Sedangkan, dengan posisi kas dan arus kas dari aktivitas operasional yang lebih efisien di tahun 2023 sebesar Rp 4,3 triliun, dengan kas Rp 27,4 triliun, cash runway GOTO bisa mencapai lebih dari 6,3 tahun. Hal ini berarti dalam satu tahun GOTO berhasil memperpanjang runway perusahaannya hampir 5 kali lipat.
Bahkan jika ditambah dengan potensi berkurangnya kas GOTO dengan adanya rencana pembelian kembali saham (share buyback) GOTO senilai maksimal US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,1 triliun yang duitnya diambil dari kas, maka cash runway GOTO, berdasarkan hitungan tersebut, masih panjang.
Salah satu pertimbangan cash runway perseroan masih lama ialah keputusan mereka dalam melakukan penghematan dan efisiensi serta fokus pada bisnis utama mereka untuk mencapai profitabilitas.
Itu sebabnya Patrick Walujo, Direktur Utama GOTO, menegaskan perseroan akan lebih mengoptimalkan penggunaan modal dan sedang menyusun rencana alokasi modal ke depan pascatransaksi TikTok senilai lebih dari US$ 1,5 miliar atau Rp 23 triliun itu.
“Seiring perbaikan profitabilitas dan arus kas, perseroan akan mengoptimalisasi pemanfaatan modal, rencana ini mencakup inisiatif share buyback sebanyak-banyaknya US$ 200 juta, di mana realisasinya akan bergantung pada persetujuan dari regulator dan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST),” tulis manajemen GOTO dalam rilisnya.
Kabar baiknya, GoTo juga menyampaikan bahwa untuk pertama kalinya perseroan berhasil mencatatkan EBITDA Grup yang disesuaikan positif untuk pertama kalinya sebesar Rp 77 miliar di kuartal 4-2023 yang mengindikasikan GOTO on track menuju profit.
“Perseroan berharap dapat mencapai EBITDA yang disesuaikan impas (breakeven) secara Grup untuk keseluruhan 2024,” kata Direktur Keuangan GOTO, Jacky Lo.
Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menilai kerja sama yang dilakukan unit bisnis GOTO, Tokopedia dengan TikTok akan membuat sisi neraca atau balance sheet GOTO membaik. Shin menilai kerja sama ini akan membuat likuiditas GOTO kembali meningkat.
“Tahun lalu kas yang dimiliki GOTO sudah cukup terbatas, akibat banyaknya bakar uang untuk keperluan ekspansi dan pengembangan lini bisnis GOTO. Kerja sama ini membuat sisi likuiditas GOTO kembali meningkat dan akan memperpanjang runway GOTO," kata Shin, belum lama ini.
Sementara itu, riset Richardson Raymond dan Sabrina dari Trimegah Sekuritas menilai ada dampak dengan dekonsolidasi Tokopedia. “GOTO memperkirakan kas dan setara kas mereka akan tetap stabil, dengan saldo pro-forma sebesar Rp 18,7 triiun. GOTO juga mengamati bahwa valuasi e-commerce secara global turun selama tiga tahun terakhir, sejalan dengan penurunan nilai Tokopedia,” tulis keduanya, dalam riset 26 Februari lalu.
Sedangkan analis Mirae Asset Sekuritas, Christopher Rusli, dalam risetnya memprediksi pendapatan segmen On-Demand Service (Gojek) akan meningkat ke depan, seiring dengan tingkat penerimaan (imbal jasa) yang lebih tinggi.