Bisnis.com, JAKARTA — PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) mencatatkan peningkatan kinerja pendapatan dan laba bersih sepanjang tahun 2023. DOID mencatatkan laba bersih US$36,01 juta atau setara Rp560,8 miliar (kurs Jisdor BI Rp15.576 per dolar AS).
Dalam laporan keuangannya, DOID mencatatkan pendapatan sebesar US$1,83 miliar atau setara Rp28,5 triliun pada 2023. Pendapatan ini naik 18% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar US$1,55 miliar. Manajemen DOID mengungkapkan pendapatan ini mencapai rekor tertinggi perusahaan.
Lebih lanjut, DOID mengungkapkan sepanjang 2023, Delta Dunia Group menunjukkan kinerja yang memecahkan rekor dalam hal overburden removal, pendapatan, dan EBITDA, melebihi target yang ditetapkan Group untuk tahun tersebut.
Keberhasilan ini sebagian besar didorong oleh rekor overburden removal yang meningkat sebesar 14% YoY, dan volume produksi di Indonesia naik 10% YoY dan Australia naik 28% YoY. Hal ini didukung oleh peningkatan signifikan dari keberhasilan memperoleh sejumlah kontrak, termasuk tambang Saraji dan Burton milik BMA (BHP dan Mitsubishi Alliance) di Australia.
Manajemen juga menjelaskan kinerja DOID yang memuaskan ini didorong oleh keberhasilan memperoleh sejumlah kontrak baru, pencapaian rekor pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal), strategi manajemen biaya yang aktif, dan peningkatan diversifikasi ke batu bara metalurgi yang kini menyumbang 19% dari pendapatan.
Meningkatnya pendapatan DOID juga turut membuat laba bersih DOID meningkat. Laba bersih DOID naik 26% pada 2023 menjadi US$36,01 juta atau setara Rp560,8 miliar di 2023, dari US$28,6 juta di 2022.
Baca Juga
Direktur Delta Dunia Group Dian Andyasuri menuturkan transformasi strategis dari bauran produk perusahaan sebagai tanggapan atas pergeseran global menuju ekonomi rendah karbon. Menurut Dian, saat ini DOID beradaptasi dengan penurunan permintaan batu bara termal.
"Kami memanfaatkan permintaan kuat untuk batu bara metalurgi, yang terus menjadi bahan penting untuk produksi baja," ujar Dian dalam keterangan resminya, Kamis (14/3/2024).
Transisi terencana ini merupakan landasan strategi diversifikasi DOID, yang telah membuahkan hasil yang substansial. Batu bara metalurgi dan infrastruktur saat ini mewakilkan 19% dari pendapatan DOID, dan mengarahkan DOID pada tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara termal menjadi 50% pada tahun 2028.
"Kemajuan ini mencerminkan komitmen kami terhadap kinerja yang berkelanjutan dan pertumbuhan strategis,” ujarnya.
Hingga akhir 2023, DOID juga mencatat arus kas operasional yang meningkat 91% YoY mencapai US$376 juta, menghasilkan posisi kas yang kuat sebesar US$543 juta untuk mendukung bisnis DOID dan mendorong pertumbuhan masa depan melalui akuisisi.
Bersamaan dengan itu, DOID juga telah melakukan inisiatif strategis untuk mengurangi eksposur utangnya. Pada 5 Maret 2024, DOID mengumumkan pelaksanaan penawaran tender obligasi dan permintaan persetujuan kepada semua pemegang Senior Notes 7,75% DOID yang terbit pada tahun 2025, dengan tujuan untuk membeli secara tunai sisa saldo terutang.
Adapun pada 2023, belanja modal atau capital expenditure (capex) DOID turun 20% YoY, menjadi US$121 juta. Penurunan ini akibat dari keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia, sesuai dengan target 2023 sebesar US$105 juta hingga US$145 juta.
"Mempertahankan pengendalian yang ketat atas belanja modal tetap menjadi prioritas Grup," tuturnya.