Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global diramal akan mampu menguat hingga ke US$2.160 per troy ounce pekan ini tersengat sentimen data ekonomi AS, yaitu JOLTs Opening dan data Non-Farm Payroll (NFP).
Berdasarkan data Bloomberg Senin (4/3/2024) pukul 19.00 WIB, dua jenis emas global bergerak bervariasi. Harga emas comex turun sebesar 0,23% ke posisi US$2.090 per troy ounce sementara emas spot merangkak naik 0,01% ke level US$2.083 per troy ounce.
Harga emas spot telah naik sekitar 1,90% dibandingkan dengan posisi awal Januari yang berada di level US$2.043 per troy ounce. Emas juga sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa (all time high) di level US$2.087 per troy ounce pada perdagangan kemarin.
Head of Research and Development DCFX Paolo Liszman mengatakan pekan ini terdapat dua sentimen yang mempengaruhi pergerakan emas yaitu data Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) dan data NFP Amerika Serikat.
“Minggu ini gold naik ke rekor tertinggi, emas minggu ini tembus rekor baru US$2.160 per troy ounce,” kata Paolo kepada Bisnis, Senin (3/4/2024).
Paolo menerangkan jika JOLTS opening tidak akan turun menjadi sekitar 8,9 juta dari 9,026 juta penciptaan lapangan pekerjaan. Hal itu karena musim dingin di AS sudah selesai yang berarti sektor konstruksi dan properti akan merangkak naik. Akibatnya dolar AS akan kembali naik.
Baca Juga
“NFP untuk hari Jumat turun tapi hanya ke level 260, kenapa turun? Oversold,” kata dia.
Senada Analis Komoditas Lukman Leong juga memprediksi emas akan kembali mencatatkan rekor di atas US$2.100 per troy ounce apabila data NFP AS tidak sesuai ekspektasi.
Jika data NFP justru lebih baik dari perkiraan maka akan ada kemungkinan emas terkoreksi terbatas ke level US$2.050 per troy ounce.
Dia juga menambahkan, minggu ini emas kemungkinan akan terkoreksi terbatas dan berkonsolidasi yang disertai aksi ambil untung investor yang mengantisipasi data penting yaitu tenaga kerja, NFP AS.