Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Turun ke Rp15.754 per Dolar AS jelang Data NFP

Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.754 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2024).
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.754 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2024). Pasar saat ini berfokus pada data Ekonomi Non Payrolls Februari. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah tergerus 0,08% atau 12 poin ke posisi Rp15.754 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,02% ke posisi 103,812. 

Adapun sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,02%, dolar Singapura naik 0,01%, rupee India menguat 0,02%, dan yuan China menguat 0,03%. 

Sementara itu, mata uang baht Thailand melemah 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,06%, peso Filipina turun 0,08%, dan won Korea melemah 0,18%. 

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.730 - Rp15.790 per dolar AS pada perdagangan hari ini. 

Ibrahim menjelaskan meningkatnya ketegangan geopolitik akibat konflik Israel-Hamas dan serangan Houthi terhadap pelayaran Laut Merah membuat kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global akan meredup.

Dalam beberapa komentar paling keras yang dilontarkan pemimpin senior AS, Wakil Presiden AS Kamala Harris pada Minggu menuntut kelompok militan Palestina Hamas menyetujui gencatan senjata segera selama enam minggu sambil dengan tegas mendesak Israel berbuat lebih banyak guna meningkatkan pengiriman bantuan ke Gaza. 

Fokus minggu ini juga tertuju pada data nonfarm payrolls untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada hari Jumat, mengingat kekuatan pasar tenaga kerja juga merupakan salah satu pertimbangan utama The Fed untuk menyesuaikan suku bunga.  

Selain itu, para pedagang menghindari taruhan besar menjelang Kongres Rakyat Nasional tahun 2024. Beijing diperkirakan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi yang melambat, terutama ketika negara tersebut bergulat dengan krisis pasar properti dan tren deflasi yang memburuk. 

Kemudian, sentimen dalam negeri adalah Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Februari menyentuh skor 52,7, turun dari 52,9 pada Januari. Meski begitu, PMI Manufaktur tersebut masih tergolong ekspansif. Berdasarkan indeks  S&P Global, skor PMI Manufaktur itu didukung produksi manufaktur yang cenderung naik pada Februari. 

“Selain itu, tingkat pertumbuhan juga cenderung solid, meski mengalami penurunan dari Januari,” kata Ibrahim dalam riset harian, Selasa (5/3/2024). 

Secara umum, sentimen di antara perusahaan manufaktur Indonesia pada Februari membaik, sejalan dengan indikator-indikator yang mengarah pada masa depan seperti pesanan baru, menunjukkan bahwa keluaran akan terus berkembang dalam jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper