Bisnis.com, JAKARTA – PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) menyuntikkan total modal sebesar Rp210 miliar kepada anak usaha, PT AKR Sea Transport untuk pembelian kapal.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengatakan dana tersebut akan digunakan AKR Sea Transport untuk membeli kapal sebagai transportasi bahan kimia dasar dan BBM, yang diharapkan mengembangkan aktivitas bisnis logistik supply chain AKRA.
“Kami harap penambahan armada kapal ini dapat menjawab kebutuhan prinsipal serta pelanggan industri kimia dan energi di Indonesia yang semakin berkembang,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (28/2/2024).
AKR Sea Transport (AST) sebelumnya telah memiliki 12 kapal dan Self-Propelled Oil Barge (SPOB). Adapun per Februari 2024, perseroan telah menambah 2 armada kapal oil tanker.
Kapal pertama yakni AKRA 103 dibeli pada November 2023, sementara kapal kedua AKRA 105 diboyong pada Februari 2024. Kedua kapal ini diharapkan memperkuat armada transportasi AKRA dalam mendistribusikan bahan kimia dasar dan BBM ke seluruh Indonesia.
Dengan penambahan tersebut, perseroan telah memiliki 14 unit Kapal dan SPOB. Investasi ini diharapkan memperkuat dan mengembangkan jaringan logistik supply chain kimia serta energi AKRA, khususnya ke daerah-daerah di Indonesia bagian timur.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur & Corporate Secretary AKRA Suresh Vembu menjelaskan bahwa perseroan membidik pertumbuhan laba bersih hingga 15% sepanjang 2024.
Menurutnya, lini bisnis penjualan BBM diperkirakan masih mendominasi laba AKRA pada 2024. Adapun, bisnis kimia dasar hingga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik atau JIIPE diharapkan berkontribusi terhadap laba perseroan hingga digit ganda.
“Kimia dasar sekitar 10% – 12% dari gross profit, kalau JIIPE akan berkontribusi sekitar 22-25% di tahun 2024,” kata Suresh kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Suresh menekankan AKRA berencana memperluas operasional di bidang perdagangan dan distribusi BBM, sekaligus meningkatkan penjualan lahan di JIIPE dengan pembangunan utilitas dan infrastruktur guna mengoptimalkan pendapatan berulang.
Rencananya, bisnis perdagangan dan distribusi diarahkan untuk tumbuh sekitar 6% sampai dengan 8% year-on-year (YoY), didorong oleh meningkatnya permintaan akan biosolar dan bahan bakar minyak, terutama di wilayah-wilayah utama, termasuk Indonesia Timur.