Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KSP Sebut Pasokan Anjlok Jadi Biang Keladi Kenaikan Harga Beras

Deputi III KSP Bidang Perekonomian Edy Priyono menilai bahwa imbas dari pasokan yang menurun menjadi akar masalah dari kenaikan harga beras.
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Kamis (10/8/2023)./ BISNIS - Dwi Rachmawati

Bisnis.com, JAKARTA – Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono menilai bahwa imbas dari pasokan yang menurun menjadi akar masalah dari harga beras yang naik beberapa waktu terakhir.

Menurutnya, hal tersebut merupakan hal wajar dari sisi ekonomi, yakni ketika kebutuhan meningkat dan pasokan tidak mencukupi, maka harga komoditas akan meningkat.

"Suplainya turun harga jadi naik atau sebaliknya," katanya kepada wartawan di Kantor Staf Kepresidenan, Senin (19/2/2024).

Apalagi, dia melanjutkan bahwa produksi beras juga erat kaitannya dengan faktor musim. Misalnya, pada Januari—Februari, dari sisi produksi beras akan cenderung kecil sehingga harga beras pada awal tahun akan relatif tinggi.

Namun, Edy menilai bahwa selain itu terdapat faktor lain yang turut memberikan dampak pada kenaikan harga beras, yaitu faktor fenomena cuaca El Nino yang terjadi dari 2023.

Faktor tesebut, kata Edy membuat masa tanam padi turun. Bahkan dia mengamini bahwa terjadi gagal tanam di sejumlah daerah.

"Kenapa mundur? karena kalau nanam padi itukan butuh banyak air. Nah, sementara hujan hanya sesekali kemudian kering," jelasnya.

Edy menjelaskan rendahnya produksi juga sudah diproyeksikan BPS sejak November 2023 yaitu di bawah 2,5 juta ton. Hal ini mengartikan bahwa ada kekurangan suplai yang akan terjadi yang membuat harga beras akan melonjak.

Tidak hanya itu, dia melanjutkan bahwa kenaikan biaya produksi, seperti mahalnya harga pupuk di tingkat petani turut menambah faktor kenaikan harga beras.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini juga melihat pada Maret mendatang seharusnya harga beras mulai mengalami penurunan. Melihat masa musim tanam yang dimulai sejak akhir April 2024.

"Nah itu kita sadari sepenuhnya bahwa harga beras sekarang itu sangat tinggi, yaitu seperti yang sudah dijelaskan oleh Badan Pangan Nasional karena produksinya kurang, laku biaya produksi, distribusi ada kenaikan sedikit. Namun, Maret itu sudah mulai surplus kalau menurut dari hitungan Kementerian Pertanian," pungkas Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper