Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unilever (UNVR) Berjibaku Tangkal Boikot, Prospek Sahamnya Masih Menarik?

Saham Unilever Indonesia (UNVR) meraih rekomendasi overweight di tengah upaya perusahaan meredam situasi geopolitik yang berbuntut pada aksi boikot.
Benjie Yap Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Benjie Yap Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) meraih rekomendasi overweight di tengah upaya perusahaan menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak, guna meredam informasi keliru terkait situasi geopolitik yang berbuntut pada aksi boikot.

Baru-baru ini atau tepat pada 16 Februari 2024, Unilever bekerja sama dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor untuk mendorong transformasi model bisnis kedua pihak selama lima tahun ke depan, di antaranya transformasi teknologi hingga sumber daya manusia.

Unilever sebelumnya juga menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pendampingan usaha untuk pemberdayaan kampung zakat.

Langkah lain yang dilakukan perseroan adalah memperkuat kolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (NU Care-LAZISNU) pada hari Gizi Nasional 2024.

Pada awal Januari 2024, Unilever turut menggulirkan donasi kemanusiaan senilai Rp1,5 miliar kepada NU Care-LAZISNU untuk membantu masyarakat terdampak konflik kemanusiaan.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan bahwa pada November-Desember 2023, perseroan dihadapkan pada tantangan eksternal yang tidak terduga yakni penyebaran informasi tidak benar terkait dengan situasi geopolitik.

Hal itu pun berdampak pada kinerja bisnis dan operasional perusahaan, yang mengakibatkan penjualan domestik UNVR pada tahun lalu -5,2%. Alhasil, laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 10,51% year-on-year (YoY) menjadi Rp4,8 triliun pada 2023.

“Upaya kami untuk secara konsisten mengklarifikasi informasi yang menyesatkan,” ujarnya dalam keterangan resmi perusahaan yang dikutip pada Senin (19/2/2024).

Benjie menyatakan bahwa perseroan mampu mengatasi situasi tersebut lewat berbagai inisiatif untuk mengklarifikasi hoaks kepada konsumen. Hasilnya, per Januari 2024, penjualan Unilever Indonesia diklaim telah pulih 92% dari level normal.

 

REKOMENDASI SAHAM UNVR OVERWEIGHT

Dalam perkembangan lain, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Cindy Alicia Ramadhania menyematkan rekomendasi overweight untuk saham UNVR dengan target harga Rp3.100.

Di lantai bursa, saham UNVR mengalami penurunan sebesar 20,11% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) menuju posisi 2.820 pada Senin (19/2) hingga pukul 11.15 WIB. Adapun selama sepekan terakhir, saham perusahaan melorot 13,76%.

“Adapun, risiko dari rekomendasi kami adalah masih adanya ketegangan geopolitik, down trading ke produk lain, kenaikan harga komoditas, dan melemahnya daya beli konsumen,” ujarnya dalam riset yang dipublikasikan pada Jumat (16/2/2024).

Cindy memaparkan UNVR membukukan penjualan pada kuartal IV/2024 sebesar Rp8,1 triliun atau lebih rendah 20,5% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) dan 16,3% YoY. Dengan demikian, penjualan kumulatif perusahaan turun 6,3% YoY menjadi Rp38,6 triliun.

Adapun semua segmen kompak menurun. Segmen beauty and personal care, misalnya, turun 7% secara tahunan, segmen home care terkontraksi 8,2% YoY, dan penjualan pada segmen food and refreshment mengalami koreksi 1,7% YoY.

Sementara itu, baik penjualan domestik maupun ekspor pada 2023 juga melemah. Penjualan domestik tercatat sebesar Rp37,4 triliun atau turun 5,2% YoY, sementara ekspor mencapai Rp1,2 triliun alias merosot 30,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Penurunan penjualan tersebut merupakan imbas dari adanya boikot dan penyebaran informasi yang tidak benar terkait situasi geopolitik di Timur Tengah, sehingga berdampak pada citra merek perseroan,” kata Cindy.

Dari sisi bottom line, laba bersih UNVR pada 2023 melemah 10,5% YoY menjadi Rp4,8 triliun, sejalan dengan menurunnya net profit margin (NPM) menjadi 12,4% dari sebelumnya 13%. 

-------------------------

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper