Bisnis.com, BANDUNG — Emiten perkebunan kelapa sawit dan pengolahaan CPO Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) membuka peluang pembagian dividen dari kinerja tahun buku 2023, kendati menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp1,5 triliun pada 2024.
PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) termasuk rutin membagikan dividen. Pada 24 Oktober 2023, AALI membagikan dividen interim untuk tahun buku 2023 dengan total Rp157,82 miliar. Jumlah dividen per saham AALI adalah Rp82 per saham.
Sebelumnya pada tahun buku 2022, total dividen AALI mencapai Rp404 per saham atau Rp777,57 miliar. Perinciannya, dividen interim Rp85 per saham dan dividen final Rp319 per saham. Total dividen AALI sendiri merefleksikan rasio pembayaran (dividen payout ratio/DPR) sebesar 45% dari laba bersih.
AALI tercatat mengakumulasi pendapatan sebesar Rp21,82 triliun pada 2022, turun 10,25% dibandingkan dengan pendapatan pada 2021 sebesar Rp24,32 triliun.
Penurunan pendapatan tersebut diikuti dengan koreksi pada laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar 12,41% secara tahunan, dari Rp1,97 triliun pada 2021 menjadi Rp1,72 triliun pada 2022.
Adapun, per September 2023, AALI membukukan pendapatan bersih sebesar Rp15,6 triliun. Pendapatan bersih ini turun 5,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,5 triliun.
Baca Juga
AALI membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk atau laba bersih senilai Rp800,5 miliar di 9 bulan 2023. Laba bersih ini turun 34,16% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp1,21 triliun.
Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan AALI berkomitmen membagikan dividen kepada pemegang saham.
"Dengan asumsi harga yang saya pakai hari ini itu mestinya saya masih bisa bagi dividen. Ini perusahaan sudah 35 tahun, enggak boleh enggak bagi dividen," jelas Santosa dalam acara Talk to CEO, Jumat (16/2/2024).
Sementara itu, dari rencana capex Rp1,5 triliun di tahun ini sebagian besar dialokasikan untuk replanting dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan (TBM).
"Capex kalau rencana kita sekitar Rp1,5 triliun di 2024," ujar Santosa.
Santosa menjelaskan, replanting bakal dilakukan sesuai dengan target AALI yakni sekitar 5.000-6.000 hektare per tahun. Menurutnya, replanting terukur itu dilakukan agar tidak eksesif sehingga stabilitas produksi dapat terjaga. Adapun luas lahan sawit yang dikelola AALI saat ini sekitar 210.000 hektare.
Lebih lanjut, Santosa mengatakan bahwa replanting akan diutamakan pada tanaman yang memiliki yield di bawah rata-rata. Pada 2022 yield Tandan Buah Sugar (TBS) AALI sekitar 16 ton per hektare, sedangkan pada 2023 mengalami sedikit peningkatan menjadi 17 ton per hektare.
Dia menambahkan, untuk stabilisasi produksi di tengah siklus replanting, korporasi juga mengandalkan pembelian TBS dari kebun plasma dan petani mitra di sekitar lokasi kebun. Menurut Santosa perbandingan produksi dari kebun inti dengan TBS dari eksternal mencapai 50:50.
"Sepanjang menunggu stabilisasi ini, tentu harus tetap growth, mau enggak mau kita strateginya adalah melakukan trading," jelasnya.