Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas global memiliki kekuatan yang tipis untuk mengalami peningkatan sekalipun ditopang oleh sentimen data PPI AS yang dapat melemahkan dolar AS.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyebutkan tren kenaikan harga emas masih terjadi, dan belum ada tanda bearish. Namun, perlu diingat bahwa kenaikan ini diprediksi hanya bersifat sementara dalam jangka pendek, dan perubahan signifikan mungkin terjadi ke depan.
Berdasarkan rangkuman harga emas hari ini, harga emas spot mengalami sedikit penurunan, berpotensi kembali ke level di bawah US$2.000. Emas kemungkinan akan menghadapi support di US$1.996,40 dan resistance di US$2.051,90. Sementara itu, Indeks Dolar AS Berjangka menunjukkan penurunan, sehingga menguatkan daya tarik emas.
Namun, pergerakan dolar yang lebih kuat dalam jangka pendek bisa menjadi faktor yang membatasi pertumbuhan emas.
Pada perdagangan Asia, harga emas tidak banyak bergerak, tetap di bawah level support utama. Prospek kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi terus mengurangi daya tarik emas, meskipun dolar mengalami kerugian ringan.
"Beberapa faktor ekonomi seperti data retail sales, klaim pengangguran, dan inflasi indeks harga produsen dijadikan fokus untuk mendapatkan lebih banyak isyarat mengenai arah ekonomi Amerika. Para trader terus mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan beberapa pejabat Fed memberikan pernyataan yang mengindikasikan kebijakan moneter yang lebih ketat," ucap Fischer dalam risetnya, Jumat (16/1/2024).
Baca Juga
Meskipun emas mengalami kenaikan dalam jangka pendek, kebijakan suku bunga AS yang lebih tinggi diperkirakan akan membatasi pertumbuhan emas dalam waktu dekat. Kondisi ekonomi global yang tidak pasti tetap menjadi faktor penentu pergerakan harga emas ke depan.