Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa di tengah perekonomian global yang melambat, pihak pemerintah perlu memperhatikan inflasi pangan yang cukup tinggi lantaran adanya faktor dari El Nino.
Josua menuturkan dalam Indonesia Economic Review 2023 pada Rabu (7/2/2024) bahwa menimbang melambatnya perekonomian global pihak pemerintah, sang Tanah Air perlu memastikan untuk mempertahankan momentum ekonomi domestik.
Adapun hal tersebut ia ungkapkan berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diumumkan pada awal Februari 2024.
“Oleh sebab itu, konsumsi rumah tangga dan juga investasi ini menjadi salah satu tumpuan buat ekonomi Indonesia agar bisa memiliki daya tahan di tahun ini,” jelas Josua dalam paparannya.
Mengutip dari laporan BPS, pada bulan lalu Indonesia mencatatkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 2,57%. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 0,18% dan andil sebesar 0,05%.
Kemudian, diketahui bahwa komoditas utama penyumbang inflasi adalah tomat, bawang merah dan beras, dengan masing-masing memiliki andil sebesar 0,09%, 0,04% dan beras 0,03%.
Baca Juga
Berikutnya, Josua juga menuturkan bahwa jika membandingkan perkembangan inflasi di Indonesia sampai dengan awal 2024, inflasi Tanah Air masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
“Karena ada perlambatan ekonomi global, kami juga melihat ada tren penurunan inflasi secara global,” tutur Josua.
Dia kemudian mengatakan bahwa kecepatan penurunan akan dipengaruhi dalam bagaimana kondisi sektor riil. Josua memberikan contoh dari Negeri Paman Sam, yang memang memiliki tren inflasi yang menurun, namun masih memiliki perkembangan dari pasar tenaga kerja yang relatif solid.
Terkait perekonomian global, berdasarkan laporan dari Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), ketiganya memproyeksikan bahwa perekonomian dunia menunjukan pertumbuhan.
Namun, IMF dan OECD menilai bahwa prospek pertumbuhan dunia melambat dan melemah. Adapun, Bank Dunia melaporkan bahwa aktivitas ekonomi global terus melemah