Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mengalami kenaikan moderat lantaran pasar kini mempertimbangkan risiko geopolitik di Timur Tengah terhadap komentar hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (6/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 menguat 0,23% atau 0,17 poin menjadi US$72,95 per barel pada pukul 15.37 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 juga menguat 0,28% atau 0,22 poin ke US$78,21 per barel.
AS berjanji akan melakukan lebih banyak serangan terhadap pasukan Iran dan proksi regionalnya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan kemenangan mutlak atas Hamas sangat penting untuk keamanan negaranya.
Pasar keuangan kemudian terus mengabaikan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada Maret 2023, menyusul komentar dari para pejabat termasuk ketua Jerome Powell.
Hal tersebut kemudian mendorong kenaikan dolar, dengan mendekati level tertinggi sejak pertengahan November 2023. Hal ini membuat komoditas menjadi kurang menarik bagi banyak pembeli.
Kemudian, serangan dan ancaman pembalasan yang terjadi di Timur Tengah, telah meningkatkan premi risiko minyak mentah yang baru saja mengalami minggu terburuk sejak Oktober 2023.
Baca Juga
Sentimen negatif tersebut dipicu oleh pembicaraan untuk menghentikan perang Israel-Hamas yang telah berlangsung selama empat bulan, tanda-tanda pasokan yang kuat, dan permintaan yang lesu dari China.
Sementara itu, Arab Saudi juga mempertahankan harga minyak mentah utama tetap stabil pada Maret 2024 lantaran OPEC dan sekutunya tetap melakukan pengurangan produksi untuk mencegah surplus.
Fitch Ratings mengatakan bahwa Arab Saudi juga memerlukan harga rata-rata lebih dari US$90 per barel pada 2024 untuk menyeimbangkan anggarannya. OPEC+ juga akan memutuskan apakah akan memperpanjang pembatasan hingga kuartal kedua pada awal Maret 2024.
“Kami memperkirakan kelompok ini setidaknya akan memperpanjang sebagian pemotongan sukarela pada kuartal berikutnya, yang akan menjaga keseimbangan pasar dan memastikan harga tetap di kisaran US$80 per barel,” jelas kepala strategi komoditas untuk ING Groep NV, Warren Patterson.