Bisnis.com, JAKARTA - Tensi yang meningkat di Timur Tengah telah menjadi salah faktor yang membuat komoditas minyak, emas, dan CPO bergejolak. Adapun, pasar juga sedang menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 menguat 0,36% atau 0,28 poin ke level US$77,06 pada Selasa (29/1/2024) pukul 7.01 WIB, setelah melemah lebih dari satu dolar per barel pada perdagangan Senin (29/1).
Hal ini lantaran melemahnya sektor properti China yang memicu kekhawatiran pada permintaan, menyebabkan para pedagang menilai kembali premi risiko pasokan akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Sementara itu, harga minyak Brent, sebagai patokan global, pada kontrak Maret 2024 ditutup melemah 1,38% atau -1,15 poin ke posisi US$82,40 per barel pada perdagangan Selasa.
“Situasi di China merupakan hambatan terbesar bagi keseluruhan pasar, itulah sebabnya pasar terus mundur dari premi risiko perang,” jelas partner di Again Capital LLC, John Kilduff.
Beberapa pelaku pasar mempertanyakan seberapa besar premi risiko yang seharusnya karena pasokan minyak belum terkena dampak langsung dari krisis Timur Tengah.
Baca Juga
Tingginya suku bunga juga menjadi fokus setelah pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa tidak dapat mencapai konsensus pada hari Senin mengenai kapan suku bunga harus diturunkan.
Menurut survei Reuters, persediaan minyak mentah dan hasil sulingan AS diperkirakan telah berkurang minggu lalu sementara stok bensin terlihat meningkat
Harga Emas
Harga emas spot dan berjangka bergerak variatif di tengah ketegangan di Timur Tengah, sehingga meningkatkan permintaan terhadap aset safe-haven. Pasar juga menunggu keputusan kebijakan The Fed, terutama mengenai waktu pemangkasan pertama kali.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot melemah 0,08% atau -1,62 poin ke US$2.031,61 per troy ounce pada pukul 7.15 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak April 2024 menguat 0,26% atau 5,40 poin ke US$2.050 per troy ounce pada pukul 7.05 WIB.
“Hal ini telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah lebih tinggi lagi, dan itulah yang menyebabkan uang berpindah ke pasar emas dan perak berdasarkan permintaan safe-haven,” jelas analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun juga merosot, meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Adapun, berdasarkan survei dari Reuters pada Senin (29/1) menunjukkan bahwa ketidakpastian terhadap perekonomian dan penurunan suku bunga AS dapat mendorong rekor harga emas pada 2024.
Harga CPO
Harga CPO atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 melemah -22 poin menjadi 3.937 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga mengalami pelemahan sebesar -26 poin menjadi 3.922 per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka malaysia pada Senin (29/1) telah melemah setelah mencatatkan peningkatan selama tiga hari. Hal ini lantaran melemahnya harga minyak saingannya dan adanya aksi ambil untung.
Harga minyak diketahui telah menurun karena sektor properti China yang telah melemah kembali terpukul. Kemudian, serangan pesawat drone terhadap pasukan Amerika Serikat (AS) di Yordania menambah kekhawatiran terhadap gangguan pasokan di Timur Tengah. Houthi juga meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Kemudian, direktur pialang Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, Paramalingam Supramaniam juga mengatakan bahwa harga kelapa sawit telah mengambil aksi untung ringan pada Senin (29/1) setelah mengalami kenaikan berminggu-minggu.
“Kami belum melihat pemulihan produksi. Dengan demikian, harga akan tetap mendukung. Perkebunan dan pabrik swasta mengalami penurunan produksi hingga dua digit,” jelasnya.
Lanjutnya, ia mengatakan bahwa skenarionya akan tetap sama pada Februari 2024, ditambang dengan libur panjang selama Tahun Baru Imlek.
BMKG Indonesia juga mengeluarkan peringatan akan adanya hujan lebat dan angin kencang di beberapa wilayah penghasil minyak kelapa sawit pada 29-31 Januari 2024, termasuk Sumatera dan Kalimantan.
Kontrak minyak kedelai teraktif Dalian, DBYcv1, turun 2,48%. Sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 1,49%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1 turun 0,92%.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,07% terhadap dolar AS. Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.