Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 New Bisnisindonesia.id: Saham BUMN Terprospektif hingga Risiko Investasi Obligasi

Saham-saham emiten BUMN terpantau menguat pada awal tahun ini mengungguli kinerja pasar secara rata-rata.
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA—Saham-saham emiten BUMN terpantau menguat pada awal tahun ini mengungguli kinerja pasar secara rata-rata. Hal ini setidaknya terlihat dari kinerja IDX BUMN20 yang outperform terhadap IHSG. Sentimen pemilu disinyalir bakal menjadi penopang saham-saham BUMN tahun ini.

Berita bertajuk Menjaring Saham BUMN Paling Prospektif di Tahun Pemilu menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Selasa (2/1/2024):

1. Menjaring Saham BUMN Paling Prospektif di Tahun Pemilu

Saham-saham emiten BUMN terpantau menguat pada awal tahun ini mengungguli kinerja pasar secara rata-rata. Hal ini setidaknya terlihat dari kinerja IDX BUMN20 yang outperform terhadap IHSG. Sentimen pemilu disinyalir bakal menjadi penopang saham-saham BUMN tahun ini.

Sebagai gambaran, kinerja IDX BUMN20 hingga Senin (8/1/2024) kemarin sudah tumbuh 1,06% dibanding posisi akhir 2023 atau secara year-to-date (YtD). Di sisi lain, pertumbuhan IHSG baru sebesar 0,15% YtD.

Emite-emiten BUMN di indeks ini dengan kinerja cemerlang pada awal tahun ini didominasi oleh perbankan. Di urutan pertama ada PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dengan pertumbuhan 12,64% YtD ke level Rp1.960 pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (9/1/2023).

Bank lainnya yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dengan pertumbuhan 6,40% YtD menjadi Rp1.330 dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) sebesar 5,81% YtD menjadi Rp328.

2. Gontai Industri Minol Akibat Naik Cukai

Pemerintah menaikkan tarif cukai minumal beralkohol per awal tahun ini. Efeknya tak hanya pada kenaikan harga produk minuman keras itu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi menaikkan cukai minuman beralkohol per 1 Januari 2024. Hal ini tertuang dalam PMK No.160/2023 tentang tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol.

Aturan ini menggantikan PMK No.158/2018 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol.

Dalam lampirannya, pemerintah menetapkan bahwa tarif cukai MMEA golongan A dengan etil alkohol (EA) sampai dengan 5%, disesuaikan menjadi Rp16.500 per liter, baik untuk MMEA yang diproduksi di dalam maupun luar negeri atau impor.

Lalu, MMEA golongan B yang mengandung etil alkohol lebih dari 5% hingga 20% tarifnya disesuaikan menjadi Rp42.500 per liter untuk yang diproduksi di dalam negeri dan Rp53.000 per liter untuk yang impor.

Sementara, MMEA golongan C dengan kadar etil alkohol 20-55% dikenakan tarif Rp101.000 per liter untuk yang diproduksi di dalam negeri dan Rp152.000 per liter untuk yang impor.

Dibandingkan dengan tarif sebelumnya, kenaikan cukai tertinggi terjadi pada produk minuman alkohol golongan B dalam negeri naik 28,8% dan golongan C dalam negeri naik 26,3%.

3. Ada Peluang Premi Asuransi Umum Dekati Asuransi Jiwa

Dominasi pangsa pasar industri asuransi umum di Indonesia masih belum tergeser. Tiga lini paling jumbo antara lain asuransi harta benda atau properti, asuransi kendaraan bermotor, dan asuransi kredit.

Laporan Indonesia Financial Group (IFG) Progress menyampaikan pangsa pasar indutri asuransi umum di Indonesia masih didominasioleh tiga lini tersebut sepanjang 2022. Berdasarkan Economic Bulletin bertajuk Indonesia’s Insurance Product Snapshot yang dipublikasi pada 29 Desember 2023, pangsa pasar masing-masing ketiga lini usaha tersebut terhadap total industri asuransi umum sebesar 29%, 21%, dan 17%.

“Sehingga ketiga lini usaha tersebut sudah mendominasi hampir 70% industri asuransi umum di Indonesia,” demikian yang dikutip dari laporan IFG Progress, Selasa (9/1/2024).

Sementara itu, untuk klaim industri asuransi umum di Indonesia, kontribusi klaim terbesar juga berasal dari tiga lini usaha, yaitu asuransi kredit, asuransi harta benda, dan asuransi kendaraan bermotor. Masing-masing kontribusi klaim dari ketiga lini usaha trsebut sebesar 28%, 27%, dan 13%.

4. Ekspektasi Ekonomi Konsumen Terkikis Jelang Pemilu

Ekspektasi publik terhadap perekonomian dalam 6 bulan ke depan menyusut seiring dengan sejumlah indikator Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menurun, baik dari sisi sulitnya mencari pekerjaan dan perlambatan dunia usaha.

Hasil survei Bank Indonesia (BI) mencatat, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan terpantau turun dari November 2023 yang sebesar 134,2 poin menjadi 133,9 pada Desember 2023.

Sejumlah indikator yang berkaitan, seperti Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan kerja turun menjadi 129,9 dari 131,4 pada November 2023. Meski demikian, angka ini masih berada dalam zona optimis.

"Konsumen juga memperkirakan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang mengalami penurunan," tulis BI dalam laporannya, dikutip Selasa (9/1/2024).

5. Menggali Risiko Investasi pada Obligasi

Investasi pada obligasi merupakan pilihan yang umum dalam portofolio keuangan. Namun, artikel ini akan menyoroti secara mendalam risiko yang terkait dengan jenis investasi ini, serta strategi pengelolaan yang dapat membantu investor menghadapi tantangan yang mungkin muncul.

Setidaknya ada 9 jenis risiko, mulai dari risiko tingkat bunga, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko inflasi, risiko perubahan hukum dan peraturan, risiko mata uang, risiko reinvestasi, risiko prepayment, hingga risiko suku bunga rendah.

Terkait dengan risiko, maka penting untuk memahami strategi diversifikasi, termasuk alokasi aset yang bijaksana, dapat membantu mengelola risiko investasi pada obligasi. Manajemen risiko yang cermat menjadi kunci kesuksesan.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang risiko-risiko ini, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih terinformasi dan mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif untuk meminimalkan dampak negatif pada portofolio mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper