Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah pulih dari penurunan terbesarnya dalam satu bulan terakhir namun masih dibayangi lesunya pasar fisik akibat risiko pasokan di Laut Merah dan Libya.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (9/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 1,82% atau 1,29 poin ke level US$72.06 per barel pada pukul 16.46 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 1,77% atau 1,35 poin ke posisi US$77,47 per barel.
Harga patokan global Brent diperdagangkan di atas US$77 per barel setelah jatuh 3,4% pada hari Senin untuk menghapus semua kenaikan pekan sebelumnya.
Arab Saudi menurunkan harga lebih banyak dari yang diperkirakan yang menjadi pertanda pelemahan baru-baru ini di pasar fisik. Namun, pemadaman di ladang minyak terbesar di Libya memberikan dorongan terhadap harga.
Meskipun minyak mentah bergerak fluktuatif selama beberapa hari terakhir, kontrak berjangka telah diperdagangkan dalam kisaran yang luas sejak awal Desember. Pasar fisik yang relatif lesu telah diimbangi oleh serangan terhadap pelayaran dagang di Laut Merah dan penutupan ladang minyak di Libya.
Baca Juga
Ahli strategi pasar untuk Saxo Capital Markets Pte, Charu Chanana, mengatakan bahwa meskipun terdapat masalah pasokan baru-baru ini, pasar minyak telah kembali fokus pada kekhawatiran permintaan setelah penurunan harga di Arab Saudi.
“Kami memperkirakan harga minyak akan tetap berada pada kisaran tertentu karena kekhawatiran permintaan dan peningkatan pasokan non-OPEC+ diimbangi oleh pemotongan produksi OPEC+ dan ketegangan di Timur Tengah,” jelasnya.
Kemudian, Hizbullah mengatakan bahwa seorang komandan seniornya tewas di Lebanon selatan, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa perang di Gaza akan meningkat.
Peristiwa tersebut juga terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan tur di wilayah tersebut untuk meredakan ketegangan. Blinken juga memperingati bahwa perang dapat berubah menjadi konflik yang lebih luas.
Kemudian, badan Informasi Energi (EIA) juga akan merilis Prospek Energi Jangka Pendeknya yang dapat membantu untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai prospek minyak mentah pada kuartal mendatang.
Perkiraan produksi minyak AS akan menjadi salah satu hal yang penting setelah pasokan membengkak, sehingga mencapai rekor tertinggi pada 2023.