Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat Ditopang Penurunan Stok BBM AS dan Gangguan Pasokan Rusia

Harga minyak mentah menguat tiga hari berturut-turut pada Kamis (20/2/2025) , didorong oleh laporan penurunan stok bensin AS serta gangguan pasokan dari Rusia.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menguat tiga hari berturut-turut pada Kamis (20/2/2025) , didorong oleh laporan penurunan stok bensin AS serta gangguan pasokan dari Rusia.

Melansir Reuters, Jumat (21/2/2025), harga minyak berjangka Brent ditutup menguat 44 sen atau 0,58% ke level US$76,48 per barel.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2025 menguat 0,44% menjadi US$72,57 per barel, sementara kontrak WTI April yang lebih aktif diperdagangkan naik 0,35% ke US$72,50 per barel.

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok minyak mentah AS bertambah sedikit lebih tinggi dari perkiraan, sementara persediaan bahan bakar mengalami penurunan akibat pemeliharaan kilang yang mengurangi kapasitas produksi.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan meski terjadi kenaikan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan, penurunan tipis stok bensin serta penurunan signifikan pada distilat membuat total persediaan tetap stabil.

Usai laporan tersebut, harga minyak berjangka mengalami kenaikan lanjutan.

Di tengah dinamika pasar energi, Rusia dan AS mengadakan pertemuan pertama sejak pecahnya perang Ukraina, dengan tujuan meredakan ketegangan dan membahas solusi untuk mengakhiri konflik. Namun, ancaman gangguan pasokan minyak tetap menjadi faktor pendorong kenaikan harga.

Menteri Energi Ukraina German Galushchenko melaporkan bahwa serangan Rusia terhadap infrastruktur gas telah merusak fasilitas produksi gas Ukraina.

Sementara itu, Rusia mengklaim bahwa aliran minyak melalui Konsorsium Pipa Kaspia—jalur utama ekspor minyak Kazakhstan—turun 30%-40% pada Selasa, setelah serangan drone Ukraina menghantam salah satu stasiun pompa.

Di belahan dunia lain, potensi kembalinya ekspor minyak dari wilayah Kurdistan di Irak menjadi faktor yang membatasi kenaikan harga, menurut analis ING.

Turki, yang menjadi pusat ekspor minyak Kurdistan melalui pelabuhan Ceyhan, belum menerima kepastian dari Irak mengenai dimulainya kembali pengiriman minyak per Kamis. Jika ekspor ini kembali berjalan, pasokan minyak global bisa bertambah hingga 300.000 barel per hari.

Di sisi lain, kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump berpotensi menekan harga minyak. Pengenaan tarif ini berisiko meningkatkan biaya barang konsumsi, melemahkan pertumbuhan ekonomi global, serta menekan permintaan bahan bakar.

"Kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dunia sangat wajar, mengingat Donald Trump tampaknya mulai meruntuhkan struktur perdagangan bebas global dengan ancaman tarif 25% terhadap impor mobil ke AS," ujar Kepala Analis Komoditas SEB Bjarne Schieldrop.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper