Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 20 poin menjadi 3,673 ringgit per metrik ton. Dalam sepekan, kontrak ini telah melemah sekitar -42 poin atau -1,13%.
Kemudian, kontrak Maret 2024 menguat 24 poin menjadi 3,681 ringgit per metrik ton, mencatatkan pelemahan sekitar -57 poin atau -1,52%.
Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia telah menguat selama dua hari berturut-turut pada Jumat (5/12) karena investor menilai adanya prospek pemangkasan produksi di Malaysia.
“Ekspektasi pengetatan pasokan di Malaysia mendukung harga, namun ketidakpastian seputar permintaan ekspor minyak tropis membatasi kenaikan tersebut,” jelas manajer perdagangan di perusahaan perdagangan Kantilal Laxmichand & Co yang berbasis di Mumbai, Mitesh Saiya.
Berdasarkan survei, persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Desember 2023 mungkin akan semakin menurun, meskipun ekspor menyusut karena penurunan produksi.
Adapun, analis juga memperkirakan adanya penurunan stok minyak sawit menjelang berakhirnya musim perayaan.
Baca Juga
Menurut lima dealer, impor minyak sawit India pada Desember 2023 meningkat ke level tertinggi dalam empat bulan lantaran pembelian minyak sawit olahan meningkat ke harga yang kompetitif.
Kemudian, cuaca panas dan kering di Brazil, yakni eksportir kedelai terbesar di dunia, telah memunculkan kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan. Namun, kekhawatiran tersebut mereda setelah hujan telah turun pada awal pekan ini.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,1%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1 naik 0,6%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, naik 0,5%.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,44% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih lemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.