Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Saham Menarik di Tengah Ekspektasi Suku Bunga Turun

Investasi dengan risiko lebih tinggi seperti saham akan lebih menarik di tengah ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga oleh The Fed maupun BI.
Investasi dengan risiko lebih tinggi seperti saham akan lebih menarik di tengah ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga oleh The Fed maupun BI. Bisnis/Himawan L Nugraha
Investasi dengan risiko lebih tinggi seperti saham akan lebih menarik di tengah ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga oleh The Fed maupun BI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi dengan risiko lebih tinggi seperti saham disebut akan lebih menarik dibandingkan dengan instrumen lainnya di tengah ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga oleh The Fed maupun Bank Indonesia. 

Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan investasi high risk akan lebih menarik dibandingkan dengan yang low risk dengan ekspektasi suku bunga yang akan turun, baik di AS maupun di Indonesia. 

“Namun demikian masih perlu diwaspadai juga, dengan kemungkinan masih tingginya volatilitas,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Rabu (3/1/2024). 

Rully mengatakan untuk instrumen saham, salah satu risiko yang penting untuk dicermati adalah kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi global, yang akan berdampak kepada kinerja perusahaan tercatat. 

Saham-saham blue chip menjadi pilihan investasi yang menurut Rully memiliki prospek kinerja jangka panjang 3 sampai 5 tahun mendatang. Selain saham blue chip, saham dengan orientasi bisnis lapangan usaha akan mendulang dampak positif dari penurunan suku bunga. 

Hal itu juga berkaitan dengan aksi korporasi yang dilakukan emiten. Menurut Rully, investor perlu mencermati prospek perusahaan, dan memperhatikan bagaimana strategi ekspansi perusahaan yang bersangkutan, yang akan dilakukan menggunakan dana dari hasil aksi korporasi tersebut. 

“Sementara itu untuk saham sendiri akan menyusul, dan biasanya memang kinerja pasar saham, yang lebih dipengaruhi oleh fundamental perusahaan akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya. 

Rully melihat potensi pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi di tahun 2025 mendatang.

Di sisi lain, pasar saat ini berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga mulai tahun ini. Alat Fedwatch CME menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret.  

Bank Indonesia (BI) juga berpeluang memangkas suku bunga acuan atau BI Rate mulai kuartal II/2024, hal ini dilandasi faktor pergerakan nilai tukar rupiah dan inflasi yang terus terjaga. 

Sebelumnya, Dewan Gubernur BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6%. Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan ini tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang prostability, untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Sementara itu, BPS melaporkan capaian inflasi pada 2023 sebesar 2,61% menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir.  

Inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir. Capaian ini di luar periode pandemi tahun 2020 dan 2021 yang masing-masing 1,68% dan 1,87%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper