Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Adu Dividen BRI & BCA hingga Mubadala Berburu Gas

Melihat dividen antara BRI dan BCA hingga agresivitas Mubadala memburu gas di perairan laut Aceh
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terkenal sebagai dua bank papan atas dengan tebaran dividen jumbo tiap tahunnya. Bahkan, keduanya pun sudah mengumumkan pembagian dividen interim akhir tahun ini.

Berdasarkan keterbukaan informasi, BBRI akan menebar dividen interim tahun buku 2023 sebesar Rp84 per lembar saham. Dividen interim itu akan ditebar bulan depan atau Januari 2024 dengan total nilai mencapai sekitar Rp12,73 triliun jika mengacu pada jumlah saham yang beredar di pasar sebanyak 151,55 miliar lembar.

Nilai tebaran dividen interim BBRI pada tahun buku 2023 mengalami kenaikan 47,5% jika dibandingkan dengan tebaran nilai tebaran dividen interim BBRI pada tahun buku 2022. Sebagaimana diketahui, pada akhir tahun lalu, BBRI mengumumkan tebaran dividen interim tahun buku 2022 sebesar Rp8,63 triliun.

BRI menebar dividen interim mengacu data keuangan per September 2023. Tercatat, BRI telah meraup laba bersih yang distribusikan ke pengendali sebesar Rp43,99 triliun pada kuartal III/2023, naik 12,36% secara tahunan (year-on-year/ YoY).

Berita tentang dividen dua bank menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Jumat (22/12/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Menggenjot Produksi Hulu Migas dari Kawasan Indonesia Timur

Kawasan Indonesia Timur terus diupayakan untuk memperkuat produksi minyak dan gas bumi Tanah Air, sejalan dengan upaya mencapai target lifting minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) pada 2030.

Adapun, rerata kontribusi produksi minyak dari kawasan Indonesia Timur yakni Papua dan Maluku (Pamalu) baru sekitar kurang lebih 2% dari total produksi nasional. Sementara itu, rerata kontribusi produksi gas bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pamalu sekitar 20% dari total produksi nasional.

Di sisi lain, produksi harian minyak nasional tercatat baru mencapai 608.168 bph atau jauh dari target produksi minyak 2023 ini sebesar 660.000 bph. Kemudian, produksi rerata harian gas mencapai 6,713 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Papua dan Maluku Galih W. Agusetiawan menuturkan bahwa otoritas migas terus berupaya memperkuat kolaborasi dan pengawasan terhadap KKKS dalam memproduksi migas.

 

Harap-harap Cemas Dunia Usaha Hadapi Tahun Politik

Pelaku usaha tetap optimistis Indonesia mampu menembus pertumbuhan ekonomi hingga 5% pada 2024 dengan multiplier efek Pemilu, meskipun dinamika ekonomi global menjadi tantangan terberat.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani meramal ekonomi Indonesia pada tahun politik 2024 akan tetap resilien dengan pertumbuhan di rentang 4,8% hingga 5,2%.

Meski pada kuartal III/2023 hanya tumbuh 4,94%, dengan percepatan belanja pemerintah di penghujung 2023 ini, ekonomi akan terdorong ke atas 5%.

Sementara pelaku usaha memproyeksi batas bawah pertumbuhan ekonomi di 4,8% mengingat tensi geopolitik dan ekonomi global yang melambat.

 

Adu Dividen BRI vs BCA, Mana Lebih Menarik?

Analis Reliance Sekuritas, Lukman Hakim, mengatakan bahwa pembagian dividen interim pada dasarnya dapat meningkatkan appetite investor untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.

“Hal tersebut dapat meningkatkan capital inflow maupun transaksi di pasar saham Indonesia,” kata Lukman.

Ia mengatakan mulai ramainya pembagian dividen interim pada semester II/2023 menjadi keuntungan bagi para pelaku pasar yang menerapkan strategi jangka panjang, dengan memanfaatkan adanya pembagian dividen interim.

“Sementara itu, investor jangka pendek juga dapat memanfaatkan momentum ini dengan memperhatikan dividend yield,” tuturnya.

 

Memuluskan Jalan Penghiliran Bauksit yang Lama Terdiam

Banyaknya pekerjaan rumah yang masih menumpuk membuat minat investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di dalam negeri tidak setinggi investasi pada penghiliran nikel.

Kalaupun ada investor yang awalnya tertarik membangun smelter bauksit di Indonesia, satu per satu malah menarik diri. Sejauh ini, mayoritas investasi untuk pengolahan bauksit berasal dari China, salah satunya, Shandong Nanshan Aluminium Limited yang diketahui akan memperluas pabrik aluminanya di Pulau Bintan dengan membangun kompleks peleburan aluminium senilai US$6 miliar pada 2028.

Tak heran jika sampai saat ini progres pembangunan smelter bauksit di Tanah Air masih tersendat bahkan jalan di tempat. Dari 12 fasilitas pemurnian bauksit yang ditargetkan, saat ini hanya ada empat smelter yang sudah beroperasi dan 8 smelter masih dalam tahap pembangunan.

Secara keseluruhan, keempat smelter itu juga menghasilkan produk yang berbeda, yakni smelter grade alumina (SGA), chemical grade alumina (CGA), serta aluminium ingot, dan billet. Di sisi lain, Indonesia baru memiliki satu pabrikan aluminium milik PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum, Kuala Tanjung, dengan kapasitas input alumina sekitar 500.000 ton setiap tahunnya.

 

Menilik Agresivitas Mubadala Berburu Gas di Perairan Laut Aceh

Sukses menemukan potensi gas jumbo di Laut Andaman, Mubadala Energy kian getol melanjutkan kegiatan pengeboran di perairan yang terbentang di Blok Andaman II dan South Andaman.

Di konsesi Andaman II, Mubadala Energy bersama BP mengimpit saham minoritas, sedangkan Harbour Energy lewat anak usahanya Premier Oil menjadi operator dengan hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 40%. Sementara itu, di blok South Andaman, Mubadala Energy bertindak sebagai operator dengan hak partisipasi 80% dan Premier Oil memegang PI minoritas 20%.

Baru-baru ini, Mubadala Energy berhasil menemukan potensi gas jumbo mencapai 6 triliun kaki kubik (Tcf) dari sumur eksplorasi Layaran-1 Blok South Andaman, setelah sebelumnya perusahaan migas asal Uni Emirat Arab itu juga menemukan potensi gas di Timpan-1, Andaman II.

Temuan demi temuan itu memantik Mubadala untuk terus melanjutkan eksplorasi di wilayah lepas pantai Aceh. Pada tahun depan, Mubadala Energy berencana melakukan eksplorasi di Sumur Layaran-2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper