Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melompat ke posisi Rp15.468 per dolar AS saat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan federal fund rate (FFR).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka menguat 1,23% atau 192,50 poin ke level Rp15.468 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar Anjlok 0,22% ke posisi 102,332.
Adapun sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,39%, won Korea naik 1,93%, peso Filipina menguat 0,70%, yuan China menguat 0,51%, ringgit Malaysia naik 0,96% dan bath Thailand menanjak 0,31%. Sementara itu rupee India melemah 0,02% terhadap dolar AS.
Mata uang rupiah yang menguat hari ini seiring dengan Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) di kisaran 5,25% - 5,5%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.640 sampai Rp15.710 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Pelaku pasar tetap yakin bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tidak. Namun pasar tenaga kerja yang kuat dan angka inflasi yang tidak stabil menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek bank sentral pada 2024.
Baca Juga
"Nonfarm payrolls meningkat lebih dari perkiraan pada bulan November, sementara inflasi konsumen meningkat dan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%," ujar Ibrahim dalam riset dikutip Kamis, (14/12/2023).
Dia mengatakan, setiap sinyal hawkish dari The Fed kemungkinan akan memicu penurunan tajam aset-aset yang didorong oleh risiko, yang telah meningkat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme terhadap poros The Fed. Harga dana berjangka Fed menunjukkan peluang 43% penurunan suku bunga pada bulan Maret, turun tajam dari 60% yang diperkirakan pada minggu lalu.
Di Asia, tanda-tanda memburuknya disinflasi di China menyebabkan impor komoditas mencatat kerugian besar pada minggu ini, karena pasar khawatir bahwa memburuknya kondisi ekonomi terbesar di dunia ini akan mengurangi permintaan.
Dari sentimen domestik, pasar terus memantau komentar-komentar dari para ekonom, yang terus memberikan komentar positif tentang pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Sedangkan pertumbuhan ekonomi RI diprediksi lebih lambat pada tahun politik 2024, akan berada di kisaran 4,9%-5% dibandingkan tahun 2023 yang diprediksi 5%.
Salah satu penyebabnya karena tahun depan ada Pemilu yang membuat semua pihak berhati-hati hingga berbagai kondisi negara maju yang masih mengalami kontraksi. Ibrahim mengatakan inflasi umum diprediksi turun pada 2024 di angka 2,5%-3%. Namun, yang menjadi masalah adalah kenaikan harga pangan yang menyebabkan inflasi pangan akan lebih tingggi.
Konsumsi rumah tangga stabil akan cenderung melemah, investasi relatif stabil karena perlambatan karena faktor tahun politik diredam dengan kebijakan hilirisasi, ekspor melemah karena surplusnya menipis, belanja pemerintah menguat.