Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) optimistis masih ada peluang besar untuk meningkatkan pelanggan fixed broadband (FBB) dan fix-mobile convergence (FMC) pada tahun 2024 mendatang.
Head of External Communication XL Henry Wijayanto mengatakan perusahaan akan terus menggencarkan layanan FBB dan FMC dengan mengoptimalkan layanan XL Satu Fiber, XL Satu, dan FBB Link Net.
“XL Axiata juga terus berupaya keras mengenalkan layanan konvergensi kepada masyarakat luas, sekaligus meningkatkan manfaatnya, melalui layanan XL Satu Fiber, XL Satu, ataupun Link Net,” ujar Henry kepada Bisnis, Senin (11/12/2023).
Henry mengatakan optimisme tersebut disebabkan oleh riset yang mengatakan Indonesia merupakan salah satu pasar layanan pita lebar berbasis kabel yang menarik secara global.
Henry mengatakan riset tersebut menemukan rata-rata penggunaan layanan data per koneksi telah tumbuh sebesar 44,4% dari 2016 ke 2020. Angka inipun diperkirakan akan naik lagi hingga 7,9% dari 2020 ke 2026.
Lanjut Henry, XL juga menjadi semakin yakin pada targetnya karena data bahwa Indonesia juga merupakan salah satu pasar layanan pita lebar berbasis kabel dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Diketahui, CAGR bisnis ini diperkirakan bisa mencapai 14,4%.
Baca Juga
Selain itu, menurutnya, penetrasi rumah tangga di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2026.
“Didorong oleh pasar yang terus berkembang, peningkatan penggunaan data, dan pertumbuhan yang kuat dalam pendapatan per kapita yang dapat dibelanjakan (disposable income),” ujar Henry.
Namun, Henry mengaku, walaupun optimis, perjalanan menuju target juga bukan sesuatu yang mudah, karena banyaknya lawan. Menurut Henry, persaingan antar FMC saat ini berlangsung makin ketat.
Sebagai informasi, bisnis FMC seakan menjadi tren di kalangan operator seluler, seiring dengan internet mobile yang sedang melesu. Mulai dari Telkomsel yang berintegrasi dengan IndiHome, Indosat dengan HiFi, serta XL dengan XL Satu.
Adapun, pendapatan operator seluler saat ini memang hanya tumbuh sebesar 5,96%. Pertumbuhan trafik data di Indonesia yang mencapai 80,7% juga tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan operator.