Bisnis.com, JAKARTA — Ford Motor Co. berencana untuk menggenggam secara langsung saham pabrik baterai nikel yang akan dibangun di Indonesia seiring adanya kerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan Zhejiang Huayou Cobalt Co..
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (5/12/2023), produsen mobil asal Amerika Serikat tersebut merupakan investor dalam proyek produksi 120.000 ton bahan kimia nikel untuk baterai nikel mobil listrik per tahunnya.
Pabrik yang akan terletak di di Blok Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara tersebut diharapkan dapat memulai produksinya pada 2026 dengan nilai investasi hingga Rp67,5 triliun atau sekitar US$4,5 miliar.
Wakil Presiden Ford Model e Industrialisasi EV Lisa Drake mengatakan rencana investasi ini akan membuat Ford memiliki kendali langsung dalam mendapatkan pasokan nikel yang dibutuhkan.
“[Kerangka kerja ini] memungkinkan kami memastikan nikel ditambang sesuai dengan target keberlanjutan perusahaan kami,” tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Pomalaa merupakan salah satu proyek yang telah lama tertunda, dan contoh penerapan teknologi high-pressure acid leaching atau HPAL dalam memproduksi bahan kimia dari bijih kadar rendah.
Baca Juga
Sejauh ini memang terdapat sejumlah pabrik HPAL yang bermunculan di Asia Tenggara, tetapi masih ada kekhawatiran akan kredibilitas lingkungannya.
Analis di BloombergNEF Allan Ray Restauro mengatakan teknologi HPAL masih sulit untuk dikembangkan, dikelola, dan ditingkatkan bila dibandingkan dengan metode dan proses produksi nikel konvensional lainnya.
Indonesia memang menjadi sumber utama nikel yang siap digunakan untuk bahan baku baterai seiring adanya gelombang investasi kilang yang sebagian besar dilakukan oleh perusahaan China.
Ford sendiri berambisi untuk memproduksi hingga 2 juta unit mobil listrik per tahunnya pada akhir 2025. Perusahaan AS ini juga telah memiliki kesepakatan dengan Huayou untuk mengambil bahan baterai yang berasal dari pabrik Pomalaa.
Para produsen mobil global pun tengah berlomba-lomba untuk memastikan terpenuhinya pasokan bahan baku baterai seperti seperti litium, kobalt, dan nikel dalam jangka panjang seiring dengan meningkatnya permintaan untuk mobil listrik.
Salah satu perusahaan yang telah melakukan investasi langsung pada sektor energi adalah General Motors Co. yang menanamkan modalnya di tambang lithium AS, sedangkan perusahaan milik Elon Musk, yakni Tesla tertarik untuk membeli produsen lithium.