Bisnis.com, JAKARTA - Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) memprediksi penjualan rokok menurun terimbas daya beli yang turun sepanjang tahun depan.
Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman mengatakan GGRM tidak memiliki rencana penambahan kapasitas produksi karena melihat volume penjualan per September masih dalam kondisi yang turun.
“Melihat terjadinya penurunan volume sampai September 2023, maka penambahan kapasitas [tahun depan] tidak diperlukan,” katanya saat paparan publik, Kamis (30/11/2023).
Meski volume penjualan diramal masih akan lesu tahun depan, tapi masih ada harapan untuk sedikit peningkatan menjadi lebih baik. Heru mengklaim hal ini merupakan pandangan optimis tetapi realistik bagi GGRM.
Heru menjelaskan pula perbaikan yang terjadi tidak akan signifikan secara langsung dari kondisi geopolitik terlebih tahun 2024 merupakan tahun pemilu yang juga memberikan sentimen terhadap industri rokok.
Di sisi lain, terkait dengan cukai rokok sebesar 11% yang telah ditetapkan pemerintah masih menjadi pertimbangan bagi GGRM untuk meracik strategi.
Baca Juga
PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengantongi laba bersih sebesar Rp4,45 triliun sampai dengan kuartal III/2023 atau tumbuh 197,62% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp1,49 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2023, perolehan laba bersih itu disebabkan oleh biaya pokok penjualan yang menyusut sebesar 18,44% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp70,33 triliun.
Pada saat bersamaan, pendapatan GGRM sejatinya menurun 12,96% YoY menuju Rp81,74 triliun. Penurunan dikontribusikan oleh segmen ekspor yang melemah 1,63% menjadi Rp1,15 triliun dan penjualan dalam negeri ambles 13,10% YoY ke Rp80,59 triliun.
Akan tetapi, karena penurunan beban lebih tinggi, laba kotor perseroan sepanjang Januari–September 2023 mencapai Rp11,41 triliun atau mengalami pertumbuhan 48,49% YoY.
Setelah diakumulasikan dengan berbagi beban dan pendapatan lainnya, GGRM mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp4,45 triliun. Adapun laba per saham juga naik dari level Rp778 menuju Rp2.317 per saham.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan sektor rokok (Tobacco) masih cukup berat untuk tahun depan, terlebih bagi pemain-pemain besar seperti GGRM dan HMSP.
“Sentimen industri seperti tarif cukai tekanan dari UU Kesehatan masih menjadi isu besar yang mempengaruhi outlook sektor rokok,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Kamis (30/11/2023).
Alfred menjelaskan percuma juga jika mempertahankan kapasitas jika margin keuntungan emiten-emiten rokok tergerus cukup besar. Pilihan penurunan kapasitas produksi menjadi cara bertahan yang efektif untuk mempertahankan level keuntungan apalagi jika manajemen melihat ada peluang yang lebih baik pada bisnis non-rokok.
“Pada kondisi saat ini di mana likuiditas sangat ketat dan rate of return yang menyesuaikan kenaikan suku bunga, perusahaan akan sangat selektif dalam hal ekspansi, belanja modal juga belanja operasional,” jelas Alfred.
Terpisah, riset RHB Sekuritas baru-baru ini menjelaskan sektor tembakau masih akan dibayangi oleh daya beli yang lebih lemah dari yang diharapkan, perdagangan rokok ilegal meningkat di kota-kota Tier-2, dan kenaikan harga tembakau yang lebih tinggi terutama di kuartal IV/2023.
Lebih lanjut, riset menjelaskan margin GGRM seharusnya melebar pada kuartal IV/2023, tetapi volume penjualan yang lebih rendah akan tetap berlanjut. GGRM mempertahankan sebagian besar harga produknya pada kuartal ini.
Meskipun permintaan untuk rokok pulih, alternatif yang lebih murah tetap menjadi prioritas bagi perokok. Saat ini, seri kemasan SKM Full Flavour GGRM lebih mahal dibandingkan dengan varian SKM Mild lainnya di pasaran, sehingga potensi penurunan tingkat konsumsi lebih lanjut akan lebih menekan volume penjualan.
Pada kuartal akhir 2023, RHB melihat pendapatan toplinenya menyusut seiring dengan penurunan volume penjualan, tetapi marginnya mungkin memperkuat sedikit, didukung oleh kenaikan harga.
Selain itu, untuk 2024 sendiri, RHB Sekuritas justru memproyeksikan volume pertumbuhan GGRM akan lebih rendah. Meskipun Pemilu 2024 seharusnya menjadi pendorong utama pertumbuhan volume penjualan tembakau, pemilu 2014 dan 2019 datang dengan kenaikan tarif cukai sebesar 0%.
“Dalam ketiadaan kenaikan tarif cukai 0% untuk pemilu mendatang, kami memperkirakan pertumbuhan volume penjualan pada 2024 akan setengah, sementara volume industri seharusnya tumbuh satu digit rendah,” tulis RHB Sekuritas, dikutip Jumat (1/12/2023).
_____
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.