Bisnis.com, JAKARTA - Emiten yang masuk dalam industri kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) bergerak bervariasi pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (1/12/2023) saat subsidi kendaraan listrik minim penyerapan.
Emiten tersebut ialah PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS), PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX), PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA).
Berdasarkan data RTI Business pukul 11.00 WIB, saham-saham EV bergerak bervariasi cenderung menguat. NFCX, INDY, WIKA dan TOBA kompak bergerak menguat sementara SLIS berada di jalur merah.
TOBA bergerak menguat 3,25% ke level Rp254 per saham. Sepanjang perdagangan saham TOBA bergerak di level Rp248 hingga Rp260 per saham setelah di buka di posisi Rp248. Kapitalisasi pasar TOBA tercatat sebesar Rp2,06 triliun. Adapun secara akumulasi saham TOBA masih mencatatkan penurunan kinerja sebesar 58,02% secara year to date.
Sebelumnya TOBA menggandeng PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan TBS Energi Utama Tbk (TOBA) untuk memproduksi massal Electrum. Kabar terkini duet TOBA dan GOTO itu memanfaatkan platform keluaran Dassault Systemes untuk desain perdana produksi massal.
Kemudian saham NFCX tersengat 0,42% dan berada di level Rp5.950 per saham. Adapun sepanjang perdagangan saham NFCX bergerak di level Rp5.850 hingga Rp6.000. Secara akumulasi, saham NFCX telah turun 25,63% ytd. Kapitalisasi pasar juga tercatat sebesar Rp3,97 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, entitas Grup MCAS yang merupakan produsen motor listrik dengan merek Volta ini telah mengemas 6.000 unit pesanan pembelian menggunakan subsidi pemerintah.
Selanjutnya saham INDY yang hijau di level Rp1.490 per saham atau naik 1.02%. Sepanjang perdagangan INDY bergerak di rentang Rp1.485-Rp1.505 setelah sebelumnya dibuka di level Rp1.500 per saham. Sama seperti yang lain, saham INDY membukukan penurunan hingga 45,42% ytd dengan kapitalisasi pasar mencapai 7,76 triliun.
Untuk melengkapi diversifikasi bisnis ke ekosistem EV, INDY mendirikan anak usaha baru di bidang pengisian daya kendaraan listrik, yakni PT Kalista Nayara Dayautama (KND). KND akan melakukan kegiatan usaha pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik, menjalankan usaha penjualan tenaga listrik kepada konsumen akhir, serta melakukan perdagangan besar untuk mesin dan peralatan instalasi penyediaan tenaga listrik.
Emiten lain adalah WIKA yang sahamnya naik 1,06% ke level Rp380 per saham. Sepanjang perdagangan, saham WIKA bergerak di level Rp376-Rp386 per saham. Adapun kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp3,41 triliun dengan penurunan saham sebesar 52,50% ytd.
Terakhir, SLIS dengan merek kendaraan Selis yang turun hingga ke level Rp77 per saham setelah dibuka di level Rp80. Adapun kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp197,07 miliar dengan akumulasi penurunan saham sebesar 61,90% ytd.
SLIS berencana menyesuaikan produknya terkait rencana Kementerian Perindustrian yang akan menetapkan standarisasi baterai.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) berharap penyerapan subsidi motor listrik setidaknya dapat mencapai 25.000 unit sebelum berakhirnya masa anggaran 2023.
Rendahnya serapan subsidi motor listrik dinilai terjadi karena rencana bisnis dari masing-masing pabrikan yang belum sampai ke daerah-daerah terpencil. Alhasil, para pabrikan membutuhkan mitra lokal untuk menggencarkan pemasaran serta distribusi motor listrik sehingga tidak hanya terpaku di kota-kota besar seperti Jakarta.
Ketua Aismoli Budi Setyadi mengatakan salah satu kendala dari percepatan populasi motor listrik adalah jaringan dealer yang belum mencapai daerah kecil. Dia pun menyebut penjualan 200.000 unit mustahil tercapai, dan berharap setidaknya masih bisa terserap 25.000 unit.
“Kendala itu salah satunya adalah dealer mereka belum sampai ke daerah-daerah. Harapan saya kalau gairah itu pasti ada itu pasti struktur akan diperbaiki,” ujarnya di Jakarta, Selasa (28/11/2023).