Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN tambang, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mengindikasikan peningkatan produksi pada 2024 seiring dengan pertumbuhan kapasitas angkutan kereta batu bara hingga 52 juta ton.
Setiadi Wicaksono, Plh. SVP Project Magament Office PTBA, menyampaikan seiring dengan peningkatan produksi PTBA, perseroan juga melakukan penambahan kapasitas angkutan kereta api.
Saat ini, PTBA telah mengoperasikan 2 jalur KA batu bara, yakni Tanjung Enim-Tarahan berkapasitas 25 juta ton per tahun, dan Tanjung Enim-Kertapati 7 juta ton per tahun sehingga totalnya mencapai 32 juta ton per tahun.
Pada 2024, PTBA mengembangkan 1 jalur KA batu bara tambahan, yakni rute Tanjung Enim-Keramasan berkapasitas 20 juta ton per tahun. Diharapkan jalur baru tersebut dapat beroperasi pada kuartal IV/2024.
"Oleh karena itu, kapasitas KA batu bara PTBA dapat mencapai 52 juta ton per tahun pada 2024," katanya dalam Public Expose Live 2023, Senin (27/11/2023).
Dalam jangka panjang, PTBA akan menambah rute KA batu bara rute Tanjung Enim-Perajen berkapasitas 20 juta ton per tahun. Proyek ini diharapkan beroperasi pada kuartal III/2026.
Baca Juga
Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA, menyampaikan perseroan memiliki cadangan batu bara terbesar di Indonesia dengan total cadangan tertambang 3,02 miliar ton, dan total sumber daya 5,85 miliar ton. Dengan estimasi produksi 30 juta ton per tahun maka total cadangan tersebut cukup untuk 100 tahun.
Namun demikian, PTBA tentunya ingin mengkapitalisasi cadangan batu bara lebih cepat. Oleh karena itu, PTBA secara bertahap meningkatkan kapasitas produksi dan juga angkutan batu bara via kereta api.
Per September 2023, PTBA memproduksi batu bara 31,9 juta ton, naik 15% year on year (yoy) dari 27,7 juta ton per September 2022. Volume penjualan batu bara PTBA juga naik 15% yoy menuju 27 juta ton dari sebelumnya 23,5 juta ton, dan volume angkutan kereta api 23,7 juta ton naik 12% dari sebelumnya 21,1 juta ton.
"Sampai akhir 2023, kami menargetkan produksi batu bara 41 juta ton. PTBA secara bertahap ingin meningkatkan kapasitas produksinya," jelasnya.
Produksi batu bara PTBA memang cenderung naik dalam 3 tahun terakhir. Pada 2022, produksi batu bara mencapai 37,14 juta ton, 2021 sebesar 30,04 juta ton, dan 2020 (saat puncak Covid-19) sebesar 24,82 juta ton.
Produk batu bara PTBA mayoritas berkisar 4.000-5.000 Kacl/kg. Menurut Farida, variasi kalori batu bara PTBA semakin menarik minat konsumen yang lebih beragam.
Harga Batu Bara
Pelemahan harga batu bara global turut menekan kinerja keuangan PTBA meskipun kinerja operasional meningkat.
Farida Thamrin menyebutkan, permintaan batu bara hingga kuartal IV/202 diperkirakan masih cukup tinggi, terutama dari India, karena datangnya musim dingin dan stok batu bara di PLTU yang menipis. Selain itu, ada potensi peningkatan permintaan dari Jepang, Korea Selatan, serta beberapa negara Eropa.
Namun, harga batu bara Newcastle diperkrakan masih melemah pada kuartal IV/2023 karena penurunan permintaan batu bara kalori tinggi di Eropa. Diperkirakan harga batu bara berkisar di US$130-140 per ton.
Sepanjang 9 bulan 2023, rerata harga batu bara Newcastle telah turun 48% menjadi US$185 per ton. Rata-rata harga jual batu bara PTBA per September 2023 ialah Rp1,3 juta per ton, turun dari 1 juta ton per September 2022.
Selama periode Januari-September 2023, PTBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,8 triliun atau turun 62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp10 triliun. Selain itu, PTBA juga membukukan penurunan pendapatan 12,16% menjadi Rp27,7 triliun dari sebelumnya Rp31,1 triliun.
Untuk menyiasati penurunan harga batu bara, sambung Farida, PTBA melakukan efisiensi beban, optimalisasi digitalisasi pertambangan, dan memacu ekspor.
"Per September 2023, porsi penjualan ekspor naik 15% menjadi 42%, dibandingkan tahun sebelumnya 38%. Salah satu cara PTBA menyiasati penurunan harga batu bara ialah dengan meningkatkan ekspor sehingga kinerja tetap terjaga," jelasnya.
Mayoritas penjualan PTBA di pasar ekspor ialah India 14%, selanjutnya Korea Selatan 8%, China 7%, Kamboja 3%, dan negara lainnya 10%. Menurut Farida, PTBA juga memiliki sejumlah konsumen dari negara-negara Eropa.