Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN tambang, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyampaikan peluang kembali memberikan dividen dari tahun buku 2023 kendati harga batu bara menurun.
Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA, menuturkan proyeksi dividen dapat diberikan setelah tutup tahun buku 2023. Pada prinsipnya, PTBA mendukung keputusan para pemegang saham, termasuk Pemerintah, terkait dengan pembagian dividen.
"Dividen ini ranah pemegang saham. Kalau dari kami tentunya akan menjaga kas [untuk dividen] bisa nantinya ada keputusan dari pemegang saham," paparnya dalam Public Expose Live 2023, Senin (27/11/2023).
Mayoritas pemegang saham PTBA ialah Pemerintah melalui BUMN MIND ID sejumlah 65,93% atau 7,59 miliar saham. Selebihnya, saham publik 32,52% atau 3,74 miliar saham, publik non warkat 1,26% atau 144,90 juta, dan saham treasury 0,29%.
Selama periode Januari-September 2023, PTBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,8 triliun atau turun 62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp10 triliun. Selain itu, PTBA juga membukukan penurunan pendapatan 12,16% menjadi Rp27,7 triliun dari sebelumnya Rp31,1 triliun.
Kinerja PTBA sepanjang 2023 menurun karena terkoreksinya harga batu bara global. Sepanjang 9 bulan 2023, rerata harga batu bara Newcastle telah turun 48% menjadi US$185 per ton. Rata-rata harga jual batu bara PTBA per September 2023 ialah Rp1,3 juta per ton, turun dari 1 juta ton per September 2022.
Baca Juga
Harga batu bara Newcastle diperkrakan masih melemah pada kuartal IV/2023 karena penurunan permintaan batu bara kalori tinggi di Eropa. Diperkirakan harga batu bara berkisar di US$130-140 per ton.
Per September 2023, PTBA memproduksi batu bara 31,9 juta ton, naik 15% year on year (yoy) dari 27,7 juta ton per September 2022. Volume penjualan batu bara PTBA juga naik 15% yoy menuju 27 juta ton dari sebelumnya 23,5 juta ton, dan volume angkutan kereta api 23,7 juta ton naik 12% dari sebelumnya 21,1 juta ton.
"Sampai akhir 2023, kami menargetkan produksi batu bara 41 juta ton. PTBA secara bertahap ingin meningkatkan kapasitas produksinya," jelasnya
Produksi batu bara PTBA memang cenderung naik dalam 3 tahun terakhir. Pada 2022, produksi batu bara mencapai 37,14 juta ton, 2021 sebesar 30,04 juta ton, dan 2020 (saat puncak Covid-19) sebesar 24,82 juta ton.
Untuk menyiasati penurunan harga batu bara, sambung Farida, PTBA melakukan efisiensi beban, optimalisasi digitalisasi pertambangan, dan memacu ekspor.
"Per September 2023, porsi penjualan ekspor naik 15% menjadi 42%, dibandingkan tahun sebelumnya 38%. Salah satu cara PTBA menyiasati penurunan harga batu bara ialah dengan meningkatkan ekspor sehingga kinerja tetap terjaga," jelasnya.
Mayoritas penjualan PTBA di pasar ekspor ialah India 14%, selanjutnya Korea Selatan 8%, China 7%, Kamboja 3%, dan negara lainnya 10%. Menurut Farida, PTBA juga memiliki sejumlah konsumen dari negara-negara Eropa.
TREN DIVIDEN PTBA
PTBA menjadi salah satu emiten yang royal membagikan dividen. Pada tahun buku 2022, PTBA membagikan seluruh laba bersih 2022 senilai Rp12,56 triliun sebagai dividen kepada pemegang saham.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan usulan penggunaan laba bersih PTBA ini merupakan tindak lanjut aspirasi pemegang saham mayoritas PTBA.
Apabila jumlah dividen ini dibagi oleh 11,52 miliar saham yang beredar, maka dividen per saham yang akan didapatkan oleh investor adalah senilai Rp1.090,87 per saham.
Sebagai informasi, sepanjang 2022 PTBA mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba bersih pada 2022 di tengah peningkatan harga batu bara. PTBA membukukan pendapatan Rp42,64 triliun pada 2022. Nilai itu naik 45,75 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya Rp29,26 triliun pada 2021.
PTBA meraih laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp12,56 triliun. Laba bersih tersebut melonjak 58,9 persen yoy dari sebelumnya Rp7,9 triliun.
PTBA tercatat sebagai emiten yang tidak pernah absen membagikan dividen dalam 5 tahun terakhir. Untuk tahun buku 2021 anggota holding BUMN Tambang MIND ID ini membagikan dividen sebesar Rp688,51 per saham.
Pada tahun buku 2017 atau dividen 2018, PTBA memutuskan membagikan dividen dengan rasio pembayaran atau dividend payout ratio (DPR) 75%. PTBA memutuskan membagikan dividen tunai dengan total Rp3,35 triliun atau Rp318,52 per saham untuk kinerja tahun buku 2017.
Tahun berikutnya, emiten batu bara ini kembali menebar dividen setara 75% dari laba 2018 atau sebanyak Rp3,76 triliun. Dengan demikian, nilai yang diterima oleh pemegang saham Rp339,63 per lembar.
Kemudian pada 2020, PTBA membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp3,65 triliun. Jumlah tersebut merupakan 90% dari total laba bersih yang tercatat sebesar Rp4 triliun sepanjang 2019.
Namun, pada 2021 PTBA hanya membagikan dividen sebesar 35% dari total laba bersih yang tercatat sebesar Rp2,4 triliun. Dividen 2021 tercatat sebesar Rp835 miliar atau setara Rp74,69 persen.