Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (28/11/2023). Pada saat yang sama, dolar AS terpantau mengalami penguatan.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 58,50 poin atau 0,38 menuju level Rp15.435 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,09% ke posisi 103,29.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia mayoritas juga menguat. Won Korea, semisal, naik 0,70%, sedangkan Yen Jepang meningkat 0,07%, dan yuan China naik 0,01%. Adapun baht Thailand menguat 0,69%, dolar Singapura tumbuh 0,16%, dan ringgit Malaysia menguat 0,15%.
Sebelumnya, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan pada pekan ini beberapa data ekonomi AS bisa menjadi penggerak dolar, di antaranya data PDB AS kuartal III/2023, data klaim tunjangan pengangguran, data indikator inflasi PCE Price Index, dan data perumahan.
“Pergerakan rupiah melawan dolar AS bisa bergantian melemah atau menguat tergantung hasil data ekonomi AS yang dirilis malam harinya. Potensi di kisaran Rp15.450 hingga Rp15.700 untuk pekan depan,” ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Senin, (27/11).
Dia mengatakan ekspektasi pasar soal kebijakan suku bunga acuan AS masih menjadi sentimen penggerak dolar AS terhadap nilai tukar rupiah. The Fed belum membuka peluang pemangkasan suku bunga dan memproyeksikan kenaikan karena inflasi AS belum turun ke level target 2%.
Baca Juga
Hal tersebut, lanjutnya, berpotensi mendukung penguatan dolar AS. Namun di sisi lain, seiring dengan tingkat inflasi AS yang semakin turun dan beberapa data ekonomi AS dirilis di bawah perkiraan pasar, ekspektasi datangnya kebijakan pemangkasan mulai berkembang di pasar. Menurutnya hal tersebut juga memberikan tekanan ke dolar AS.
“Di akhir tahun, kemungkinan besar The Fed masih mempertahankan suku bunga nya di angka yang sama bila data ekonomi AS ke depan tidak mengalami perubahan besar," pungkas Ariston.
Terpisah, Analis Pasar Uang Lukman Leong mengatakan selain data ekonomi AS, nilai tukar rupiah juga akan dipengaruhi data PMI Manufaktur Caixin China dan data inflasi RI November 2023 yang akan dirilis bersamaan pada Jumat (1/12/2023).
“Arah pergerakan rupiah akan bergantung pada data-data tersebut. BI dan The Fed keduanya memberikan statement cukup hawkish minggu lalu. Rupiah diperkirakan akan berkisar Rp15.500 hingga Rp15.700,” ujar Lukman.
Menurutnya, meskipun The Fed lebih hawkish dari ekspektasi pada risalah pertemuan FOMC pekan ini, namun prospek The Fed untuk menaikkan suku bunga masih tidak banyak berubah, baik di tahun ini maupun tahun 2024.