Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) berencana membuka 3 tambang lagi untuk memenuhi permintaan dari pasar batu bara kokas.
Sejauh ini perseroan melalui perusahaan anak telah mengoperasikan dua konsesi PKP2B, yaitu melalui PT Lahai Coal (LC) dan PT Maruwai Coal (MC).
MC merupakan satu-satunya konsesi yang menjalankan aktivitas produksi dan memproduksi batu bara kokas keras dari tambang Lampunut, sementara LC saat ini sedang melakukan optimalisasi tambang.
Sementara itu, ADMR masih memiliki kantung-kantung produksi batu bara dari Juloi Coal, Kalteng Coal dan Sumber Barito Coal. Masing-masing memiliki cadangan batu bara 55,5 juta ton, 17,7 juta ton dan 5,8 juta ton.
Direktur Adaro Minerals Indonesia Totok Azhariyanto menyatakan perseroan saat ini sedang ini sedang melakukan proses studi yang mendetail untuk 3 tambang dan eksplorasi lanjutan.
Dengan begitu, Adaro Minerals mampu melakukan pengembangan dan produksi yang mumpuni. ADMR, lanjutnya, saat ini sedang melakukan persiapan infrastruktur seperti hauling, penyimpanan bahan bakar hingga akomodasi karyawan.
Baca Juga
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Iwan dewono Budiyono mengatakan akan secara bertahap menaikkan produksi seiring penambahan permintaan dari industri.
“Kami berencana untuk meningkatkan produksi batu bara hingga 6 juta ton dari 2 tambang yang sudah berproduksi,” katanya.
Meski demikian dia tidak menutup kemungkinan adanya pembukaan tambang baru untuk memenuhi permintaan.
Direktur Adaro Minerals Indonesia Hendri Tamrin pun melihat bakal terjadi penguatan permintaan seiring perbaikan ekonomi secara global.
“Kami yakin untuk batu bara metalurgi sampai pertengahan tahun ini ada banyak negara melakukan pengetatan moneter. Tetapi dengan dilonggarakannya [suku bunga dan kebijakan moneter] ada potensi pertumbuhan ekonomi sehingga pasar dibuka,” ungkapnya.
Saat ini, Jepang masih menjadi konsumen utama dengan penyerapan 33%. Lalu disusul China 26% dan India 20%. Adapun kontribusi negara-negara lain mencapai 21%.
“Saat ini diversivikasi [tujuan ekspor] kami akan terus lakukan, kami fokus ke Jepang, China dan India. Pertumbuhan ekonomi ke depan kemungkinan Negara Asia Selatan dan Tenggara akan jadi pusat pertumbuhan,” pungkasnya.