Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan realisasi kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga atau masyarakat pada kuartal III/2023 lebih rendah dari ekspektasinya.
“Kalau kami bandingkan dengan outlook, untuk konsumsi memang relatif lebih rendah dari yang kami ekspektasi,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Realisasi belanja masyarakat yang lebih rendah ini membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah. Pasalnya, konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penentu karena sebagai kontributor terbesar dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal ketiga ini tumbuh sebesar 5,06% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,23%.
Distribusinya pun ikut menurun, di mana kuartal II/2023 menyumbang 53,31% terhadap PDB, sementara pada kuartal III/2023 sebesar 52,62%.
Padahal, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli, Agustus, dan September terus menunjukkan optimisme konsumen dengan nilai lebih dari 100.
Baca Juga
Meski demikian, tercatat IKK pada September menjadi level terendah sepanjang 2023 dengan angka 121,7, di bawah Agustus (125,2) dan Juli (123,5).
“Jadi kami melihat consumer confidence tinggi namun dampaknya terhadap konsumsi itu ternyata tidak setinggi yang kami harapkan. Kami harus lihat pengaruhnya apakah psikologis terkait El Nino harga beras naik,” jelasnya.
Tak hanya melulu pelemahan, Sri Mulyani menyoroti investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III/2023 mencatatkan capaian yang cukup tinggi.
PMTB berhasil tumbuh 5,77% (yoy), setelah pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 4,63%. Utamanya, hal ini didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, kendaraan, CBR, serta Produk Kekayaan Intelektual.
“Yang bagus dari kuartal III/2023 ini PMTB meningkat cukup tinggi, lebih dari yang kami bayangkan di 5,7%. Terbukti ke industri manufaktur. Ini masih positive story,” tuturnya.
Adapun, menurunnya distribusi dari konsumsi rumah tangga tersebut mendorong pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada kuartal III/2023 sebesar 4,94%.
Realisasi ini bahkan lebih rendah dari prediksi konsensus ekonom Bloomberg, di angka 4,96% (yoy).
Ke depannya, pemerintah berupaya untuk mejaga daya beli masyarakat dengan memberikan paket kebijakan, mulai dari insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) untuk sektor perumahan, bantuan langsung tunai (BLT), dan bantuan pangan.
Harapannya, dengan paket kebijakan tersebut dapat menjaga ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2023 untuk tetap di atas 5%.