Bisnis.com, JAKARTA — PT Amman Mineral Internasional Tbk. akan melakukan ekspansi secara besar-besaran dari hulu ke hilir setidaknya hingga 2025 mendatang.
Berita tentang agenda ekspansi Amman Mineral menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (31/10/2023):
1. Berharap Asa Dalam Rumusan Peta Jalan Fintech Pinjol
Peta jalan penguatan dan pengembangan industri fintech peer-to-peer lending atau pinjol tengah disusun Otoritas Jasa Keuangan. Mengingat sejumlah persoalan yang masih membayangi, mulai dari kredit macet, bunga tinggi hingga kurangnya ekuitas minimum pelaku industri.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Oktober 2023 secara virtual, Senin (30/10/2023), mengatakan OJK telah melibatkan berbagai stakeholder industri P2P lending di Indonesia untuk menyusun peta jalan tersebut.
Fokus dari peta jalan tersebut antara lain untuk memperkuat tata kelola, serta mendorong P2P lending untuk menyalurkan pembiayaan pada sektor produktif dan UMKM.
“Dokumen roadmap ini nantinya dapat diimplementasikan secara efektif sebagai perwujudan atas komitmen bersama dari seluruh stakeholder terkait untuk mendorong pengembangan dan penguatan sektor P2P lending di Indonesia,” katanya.
2. Ekspansi Besar-besaran Amman Mineral di Tambang Batu Hijau
Selain terus menggencarkan eksplorasi dan mengoptimalkan penambangan di area operasi yang ada, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) juga tengah melakukan ekspansi pembangunan fasilitas pendukung industri terutama pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU).
Secara keseluruhan, perseroan bahkan telah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$3,483 miliar untuk kebutuhan ekspansi serta pembangunan dan peningkatan fasilitas pendukung kegiatan penambangan selama 3 tahun ke depan.
Total kebutuhan capex sebesar US$3,483 miliar pada periode 2023—2025 tersebut terbagi atas belanja modal ekspansi (ekspansion capex) sebesar US$3,418 miliar dan belanja modal pemeliharaan (sustaining capex) sebesar US$615 juta.
3. Bersiap Gerbong Investor RI Tahap II Segera Bangun Proyek di IKN
Pemerintah bersama dengan investor swasta dalam negeri akan kembali melakukan groundbreaking megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada 1 hingga 3 November mendatang. Rencananya pada tahap kedua ini akan dilakukan groundbreaking 10 proyek dengan nilai Rp12,5 triliun.
Pada tahap pertama di akhir September kemarin, terdapat beberapa proyek dengan nilai Rp23 triliun yang telah groundbreaking di IKN.
Berdasarkan catatan Bisnis, pada pekan ketiga bulan September lalu pengembang Agung Sedayu Group (ASG) bersama 9 perusahaan lainnya yang membentuk konsorsium telah merealisasikan komitmen investasi pertama untuk membangun proyek di IKN berupa hotel berbintang lima bernama Nusantara pada Kamis (21/9/2023).
Konsorsium ASG ini gabungan para taipan di Indonesia yang mencakup 10 perusahaan dalam negeri. Kesepuluh konsorsium tersebut yakni ASG milik Sugianto Kusuma (Aguan), Salim Group milik Anthony Salim, Sinarmas milik Franky Wijaya, Pulauintan milik Pui Sudarto, Djarum milik Budi Hartono.
Kemudian Wings Group milik William Katuari, Adaro milik TP Rahmat/Boy Tohir, Barito Pacific milik Prajogo Pangestu, Mulia Group milik Eka Tjandranegara, dan Astra milik Soeryadjaya.
Adapun konsorsium ini dinakhodai oleh Sugianto Kusuma atau Aguan dengan total nilai investasi konsorsium di IKN mencapai Rp20 triliun berupa proyek mixed used development berupa mal, hotel dan perkantoran.
4. OJK Jamin Ketahanan Modal Bank Mini di Tengah Suku Bunga Tinggi
Otoritas Jasa Keuangan melaporkan bahwa kondisi likuiditas bank bermodal mini alias Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) I dan II saat ini masih sangat longgar dan memadai dalam menyalurkan kredit di tengah tren suku bunga tinggi 6%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan bahwa hal tersebut tercermin dari Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) yang ada di atas rata-rata industri.
Tercatat, KBMI I memiliki rasio AL/NCD dan rasio AL/DPK masing-masing 172,97% dan 32,87%. Lalu, bank KBMI II pun mencatatkan rasio AL/NCD dan rasio AL/DPK sebesar 166,74% dan 38,9%. Di sisi lain, rasio loan to deposit ratio (LDR) KBMI I dan KBMI II berada di level 77,15% dan 83,7%.
Adapun, jika dibandingkan secara industri, rasio AL/NCD dan AL/DPK hanya sebesar 115,37% dan 25,83% per September 2023. Kemudian, LDR industri perbankan per September 2023 berada di level 83,92%, naik tipis dari 83,38% pada bulan sebelumnya.
5. Menurunkan Pedasnya Harga Cabai Kian Melonjak Jelang Akhir Tahun
Kemarau ekstrim yang berkepanjangan atau El Nino menyebabkan harga cabai terus menerus merangkak naik. Berdasarkan data panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), rerata harga cabai per 30 Oktober 2023 pukul 11.23 WIB mengalami kenaikan harga secara nasional.
Harga cabai merah keriting rata-rata naik 2,54% menjadi Rp49.610 per kilogram. Begitupun dengan harga cabai rawit merah naik 1,06% menjadi Rp64.020 per kilogram.
Sepekan lalu, 23 Oktober 2023, harga cabai rawit merah masih di Rp55.520 per kilogram dan cabai merah keriting di Rp42.510 per kilogram. Harga cabai rawit merah terpantau berbalik naik dan terus menanjak setelah anjlok ke level terendah bulan September 2023. Sedangkan harga cabai merah keriting dalam tren naik sejak bulan Juli 2023.
Merujuk Informasi Pangan Jakarta pada Senin (30/10), harga cabai merah keriting meroket Rp4.095 ke Rp60.238 per kilogram, cabai merah besar naik Rp890 ke Rp58.615 per kilogram, cabai rawit hijau terbang Rp2.714 per kilogram, dan cabai rawit merah melampung Rp3.738 per kilogram. Harga tertinggi cabai rawit merah di Jakarta mencapai Rp100.000 per kilogram dan cabai merah keriting mencapai Rp90.000 per kilogram terjadi di Pasar Kramat Jati.