Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street berhasil melonjak hari Senin (30/10/2023) setelah turun belakangan menjelang pekan yang dapat memberikan perubahan yang lebih besar di pasar keuangan. Kenaikan Wall Street dapat memberikan efek positif terhadap pasar saham global, termask IHSG.
Para investor menantikan laporan-laporan penting mengenai kepercayaan konsumen dan pasar tenaga kerja AS. Federal Reserve mengumumkan langkah selanjutnya mengenai suku bunga pada hari Rabu.
Indeks S&P 500 naik 49,45 poin, atau 1,2% menjadi ditutup 4.166,82, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 511,37 atau 1,58% menjadi 32.928,96 poin, dan Indeks komposit Nasdaq naik 146,47, atau 1,16% menjadi 12.789,48.
McDonald's melaporkan laba dan pendapatan yang lebih kuat untuk musim panas daripada yang diperkirakan oleh para analis. Sahamnya naik 1,7% setelah mengatakan bahwa mereka diuntungkan oleh harga yang lebih tinggi untuk produk-produknya di Amerika Serikat dan menaikkan dividennya, mengutip apnews.
Lebih dari 3 dari 4 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan laba yang lebih kuat untuk kuartal terakhir daripada yang diperkirakan Wall Street, menurut FactSet. Dengan sekitar setengah dari laporan yang masuk, perusahaan-perusahaan S&P 500 tampaknya berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan pertumbuhan laba untuk pertama kalinya dalam satu tahun.
"Kelihatannya ini sesuai dengan harapan pasar, bahwa kita telah melewati masa-masa terburuk," kata Rob Haworth, pakar strategi investasi senior di U.S. Bank Wealth Management.
Baca Juga
Hasilnya juga cukup baik sehingga perkiraan pendapatan untuk sisa tahun 2023 dan 2024 tampaknya tetap stabil, katanya.
Pendapatan yang solid biasanya menggembirakan bagi pasar saham, yang cenderung mengikuti tren laba perusahaan dalam jangka panjang. Namun, Wall Street telah mengalami kesulitan baru-baru ini karena beberapa kekhawatiran besar.
Pertama, reaksi beragam terhadap laporan laba dari beberapa perusahaan Teknologi Besar yang berpengaruh. Pergerakan saham mereka membawa beban ekstra pada S&P 500 karena ukurannya.
Saham-saham Big Tech melonjak jauh lebih tinggi dibandingkan saham-saham lainnya di awal tahun ini, yang membantu mengangkat S&P 500, namun juga berarti ekspektasi yang besar untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Ekspektasi itu mungkin tumbuh terlalu besar.
Imbal hasil Treasury 10 tahun naik menjadi 4,89% dari 4,84% pada hari Jumat. Imbal hasil tersebut melonjak dari kurang dari 3,50% selama musim semi menjadi lebih dari 5% pada awal bulan ini, level tertinggi sejak tahun 2007.
Perekonomian yang sangat tangguh dan faktor-faktor lain membuat imbal hasil Treasury 10 tahun mengejar tingkat suku bunga utama yang dikendalikan oleh The Fed, yang berada di atas 5,25% dan berada di level tertinggi sejak 2001.
The Fed telah menaikkan suku bunga federal fund dengan harapan dapat memperlambat ekonomi dan harga saham sehingga dapat menahan inflasi yang tinggi. Pertemuan berikutnya mengenai suku bunga akan dimulai pada hari Selasa, dengan pengumuman pada hari Rabu.
Ekspektasi yang meluas adalah bahwa mereka akan membiarkan suku bunga federal fund, yang mempengaruhi pinjaman semalam oleh bank-bank, tetap. Yang akan lebih penting adalah petunjuk mengenai apa yang akan dilakukan oleh the Fed selanjutnya.
Para pejabat the Fed telah mengatakan bahwa mereka mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lama untuk memastikan inflasi turun, namun mereka juga mengatakan bahwa lonjakan imbal hasil Treasury jangka panjang baru-baru ini dapat bertindak seperti kenaikan suku bunga dengan sendirinya.
Bank sentral mengatakan bahwa mereka akan mengambil langkah selanjutnya berdasarkan data ekonomi dan inflasi yang masuk. Itulah mengapa minggu ini bisa menjadi minggu yang goyah bagi pasar, dengan banyak poin data yang dapat mengubah pikiran para pejabat.
Pada hari Selasa, pemerintah akan merilis data mengenai biaya tenaga kerja dari bulan Juli hingga September. Para pekerja telah berjuang untuk mendapatkan kenaikan gaji yang lebih tinggi, namun the Fed khawatir bahwa kenaikan gaji yang terlalu tinggi dapat memicu inflasi. Selain itu, The Conference Board akan merilis indeks kepercayaan konsumen untuk bulan Oktober.
Prediksi IHSG
Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,34% atau 22,9 poin ke level 6.735,89 pada penutupan perdagangan Senin, (30/10/2023). Indeks komposit bergerak di rentang 6.692-6.775 sepanjang perdagangan, dan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp10.576 triliun.
Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin mengatakan laju IHSG juga dibayangi kinerja emiten per kuartal III/2023 yang bervariasi. Menurutnya, kinerja emiten blue chip mayoritas tumbuh positif, tetapi dampaknya tidak begitu kuat mengingat pasar lebih cenderung wait and see.
"Ditambah kenaikan suku bunga belum bisa meredam pelemahan rupiah yang sudah semakin parah. Selain itu sudah terefleksi di pergerakan tren jangka pendek indeks sudah berada di tren penurunan," ujar Shin saat dihubungi Bisnis.
Selain itu, sentimen yang perlu dicermati investor adalah arah kebijakan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang berisiko berimbas ke pelemahan rupiah.
Jelang pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) tanggal 31 Oktober-1 November 2023, sejumlah analis memprediksi suku bunga The Fed masih ditahan di level saat ini 5,25%-5,5%, namun The Fed masih memproyeksikan kenaikan suku bunga hingga akhir tahun.
"Selain itu peluang aktivitas window dressing di akhir tahun bisa terjadi. Sehingga saham-saham blue chip yang turun sedangkan dari sisi fundamental tidak parah ini akan menjadi peluang untuk investor bisa beli di harga terdiskon," pungkas Shin.