Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun. Adapun konsensus analis di Bloomberg didominasi rekomendasi beli untuk saham BBCA.
Berdasarkan konsensus data Bloomberg Terminal per 26 Oktober 2023, sebanyak 25 analis atau 69,4 persen merekomendasikan beli saham BBCA. Sementara itu, 10 analis atau 27,8 persen merekomendasikan tahan, dan 1 analis atau 2,8 persen merekomendasikan jual.
Target harga saham BBCA selama 12 bulan ke depan berada di level Rp10.188 dengan harga terakhir di level Rp8.800. Peluang return atau imbal hasil BBCA sebesar 15,8 persen.
Beberapa rekomendasi buy saham BBCA datang dari analis Verdhana Sekuritas Indonesia dengan target price (TP) di level Rp11.500, dan analis RHB Sekuritas Indonesia dengan TP Rp10.900.
Selain itu, ada beberapa rekomendasi hold dari Citi dengan TP Rp10.200 dan BRI Danareksa Sekuritas dengan TP Rp10.000. Sedangkan, analis Goldman Sachs Indonesia Sekuritas merekomendasikan sell dengan TP di level Rp9.000.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (26/10/2023) pukul 11.00 WIB, BBCA melemah 0,85 persen atau 75 poin ke harga Rp8.800. Adapun nilai transaksi BBCA tercatat sebesar Rp171,61 miliar melalui 7.106 kali transaksi. Kapitalisasi pasar BBCA terpantau menjadi Rp1.084 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, BBCA berhasil membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun pada kuartal III/2023 yang naik 25,8 persen secara tahunan (YoY).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan laba bank itu terdorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang tumbuh 21,3 persen YoY menjadi Rp55,9 triliun pada kuartal III/2023. Adapun, mesin pendapatan bunga bersih bank BCA melaju seiring dengan kredit perbankan yang juga bertumbuh 12,3 persen YoY menjadi Rp766,1 triliun.
Tidak hanya kinerja pendapatan bunga bersih, laba bank pun ditopang oleh pendapatan nonbunga yang mencapai Rp18,3 triliun, naik 9,7 persen YoY. Pendapatan nonbunga tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang mencapai Rp13,3 triliun, naik 7,7 persen YoY. (Daffa Naufal Ramadhan)
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.