Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (20/10): Batu Bara Anjlok Nyaris 3%, CPO Ikut Merah

Harga batu bara kembali anjlok dengan penurunan hampir 3%. Harga CPO juga melemah.
Uap muncul dari tungku di pembangkit listrik Rybnik Power Plant, yang terlihat di balik tambang batu bara di Rybnik, Polandia pada Jumat (17/3/2023). - Bloomberg/Bartek Sadowski
Uap muncul dari tungku di pembangkit listrik Rybnik Power Plant, yang terlihat di balik tambang batu bara di Rybnik, Polandia pada Jumat (17/3/2023). - Bloomberg/Bartek Sadowski

Bisnis.com, JAKARTA -  Harga batu bara anjlok dengan penurunan hampir 3 persen. Sementara itu, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kontrak Desember 2023 juga melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 melemah 2,97% atau 4,35 poin ke level US$142 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (19/10/2023).

Kemudian, harga batu bara kontrak Oktober 2023 juga melemah sebesar 2,5% atau 3,5 poin ke level US$136,5 per metrik ton, mencatatkan penurunan empat hari berturut-turut sejak Senin (16/10). 

Mengutip Reuters, Jumat (20/10) berdasarkan dari analisis data pemerintah India, persediaan pembangkit listrik negara pada paruh pertama Oktober 2023 mengalami penurunan sebesar 12,6% menjadi 20,58 juta metrik ton, penurunan tercepat sejak paruh kedua September 2021 dan persediaan menurun ke level terendah sejak November 2021.

Coal India, perusahaan milik negara dan penambang dominan, juga meningkatkan pasokan ke pembangkit listrik, namun lonjakan permintaan yang besar mengakibatkan penurunan stok batu bara di pembangkit listrik.

Permintaan listrik yang tinggi mendorong impor batu bara India. Menurut data dari perusahaan analitik Kpler, pengiriman batu bara termal ke India diproyeksikan akan mencapai 19,35 juta ton pada Oktober 2023, yakni level tertinggi sejak Juni 2022.

Cuaca kering yang tidak biasa dan peningkatan aktivitas ekonomi di India telah meningkatkan konsumsi listrik, meskipun puncak permintaan biasanya terjadi pada bulan Mei.

Berdasarkan catatan Bisnis, produksi batu bara China pada September 2023 meningkat 0,4% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, mencapai tingkat tertinggi sejak Maret 2023.

Kenaikan produksi di China terjadi setelah langkah ketat terkait keselamatan di tambang berakhir, seiring dengan meningkatnya permintaan di pembangkit listrik dan pemulihan aktivitas ekonomi setelah musim panas.

Analis dari Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China juga memproyeksikan peningkatan produksi batu bara di kuartal IV/2023.

Musim dingin di Eropa Utara telah dimulai, dan beberapa negara, seperti Jerman, menghidupkan kembali unit batu bara yang direnovasi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam menghadapi musim dingin. 

China-Rusia diperkirakan akan fokus pada hubungannya yang semakin berkembang. Sang Negeri Tirai Bambu kini juga menjadi pembeli terbesar bahan bakar fosil dari Rusia, dengan pengiriman batu bara lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2020.

CPO 

Harga CPO untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah 32 poin menjadi 3,713 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak November 2023 juga melemah 31 poin menjadi 3,695 ringgit per metrik ton.

Mengutip Reuters, pada Jumat (20/10) kontrak minyak kelapa sawit Malaysia naik pada sesi kedua pada Kamis (19/10) dan mencapai level tertinggi dalam dua minggu, yang didukung oleh kenaikan minyak nabati pesaing. 

Diketahui bahwa menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada Minggu (15/10) mengatakan bahwa ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia untuk tanggal 1-15 Oktober naik 5,6% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Intertek Testing Services, menyatakan bahwa ekspor naik sebesar 7,3%.

Kemudian Survei kargo oleh Societe Generale de Surveillance (SGS) memperkirakan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia 1-15 Oktober 2023 sebesar 665.876 metrik ton.

Malaysia juga telah mempertahankan pajak ekspor untuk minyak kelapa sawit mentah pada bulan November sebesar 8% dan menurunkan harga referensi

Adapun, harga minyak mentah yang melemah membuat minyak kelapa sawit kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.

Kemudian minyak kelapa sawit dapat menguji level support pada 3.768 ringgit per metrik ton, dan jika menurun di bawah level tersebut dapat membuka peluang menurun menuju kisaran 3.720-3.729 ringgit.

Berdasarkan catatan Bisnispada Kamis (19/10) mata uang ringgit, yang juga menjadi mata uang perdagangan sawit, telah menurun 0,3% menjadi 4,7635 per dolar AS sehingga mencatatkan nilai terlemah sejak 1998. 

Hal tersebut dapat menjadikan komoditas CPO menjadi lebih murah bagi pembeli mata uang asing. Ringgit juga menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia pada 2023 setelah yen Jepang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper