Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang PT Harum Energy Tbk. (HRUM) memberikan pendanaan sebesar US$300 juta atau setara Rp4,72 triliun (kurs jisdor Rp15.751) kepada entitas anak yaitu PT Harum Nickel Perkasa (HNP). Kucuran dana ini bertujuan untuk pengembangan proyek nikel garapan PT Blue Sparkling Energy (BSE).
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara mengatakan saat ini BSE yang merupakan perusahaan yang menjalankan bidang usaha pengolahan dan pemurnian nikel sedang mengembangkan proyek high-pressure acid leaching (HPAL) yang berlokasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park di Kabupaten Halmahera.
“Dana ini berupa pinjaman kepada HNP yang akan memberikan PT Tanito Harum Nickel yang selanjutnya digunakan untuk membiayai investasi dalam proyek yang dikembangkan BSE,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (18/10/2023).
Proyek BSE ini dirancang untuk memproduksi nickel-cobalt hydroxide intermediate product (MHP/Mixed Hydroxide Precipitate) dengan kapasitas terpasang tahunan sekitar 67.000 ton atau 10 persen setara nikel dan sekitar 7.500 ton 10 persen kobalt. Proyek tersebut juga termasuk dengan fasilitas dan infrastruktur pendukungnya.
Ray menjelaskan tujuan dari suntikan dana ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian fasilitas pinjaman antara THN dan BSE pada 29 September lalu. Perjanjian fasilitas pinjaman tersebut memuat THN yang merupakan anak usaha HRUM akan memberikan pinjaman kepada BSE sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,75 triliun.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, pinjaman ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan atau pembangunan proyek high-pressure acid leaching di BSE. Penggunaan dana tersebut mencakup pembiayaan pengembalian utang yang saat ini ada, serta kebutuhan umum perusahaan.
Baca Juga
Penarikan pinjaman ini dapat dilakukan lebih dari satu kali dan akan dikenakan bunga atas jumlah pokok yang terutang, dengan tingkat bunga sebesar SOFR + 2,6 persen per tahun, dimulai sejak tanggal setiap pinjaman diambil hingga seluruh jumlah pokok terkait dilunasi.
Saham HRUM hari ini menguat 1,47 persen atau 25 poin ke Rp1.725. Price to earning ratio (PER) HRUM berada di 5,15 kali, sementara price to book value (PBVR) 1,75 kali, dan kapitalisasi pasar mencapai Rp23,32 triliun.