Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Turun, Pasar Soroti Nada Dovish The Fed

Harga emas turun sebanyak 0,5 persen pada akhir perdagangan Selasa (10/10/2023) waktu setempat setelah melesat 1,6 persen pada Senin.
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah karena investor mempertimbangkan prospek pengetatan moneter Bank Sentral AS telah mencapai puncaknya menyusul komentar dovish dari pejabat Federal Reserve, sekalipun konflik Israel vs Hamas terus mengguncang pasar.

Harga emas turun sebanyak 0,5 persen pada akhir perdagangan Selasa (10/10/2023) waktu setempat setelah melesat 1,6 persen pada Senin (9/10/2023), karena permintaan aset safe haven melonjak akibat serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada akhir pekan lalu. Beberapa aksi ambil untung mungkin menjadi penyebab penurunan harga pada Selasa.

“Selera risiko meningkat. Ada juga komponen teknis yang menyebabkan penurunan harga emas batangan. Sepertinya pasar tidak nyaman untuk menurunkannya dari level support sekitar US$1.811 per troy ounce,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas global TD Securities, mengutip Bloomberg, Rabu (11/10/2023).

Logam mulia telah mendapat dukungan dalam beberapa hari terakhir dari perubahan pola pikir mengenai prospek suku bunga. Para pengambil kebijakan di AS bersatu dalam gagasan bahwa lonjakan imbal hasil Treasury AS baru-baru ini, dapat menggantikan kenaikan tambahan suku bunga acuan mereka. Suku bunga yang lebih tinggi umumnya berdampak negatif pada emas yang tidak berbunga.

“Sekarang tampaknya The Fed memberi sinyal bahwa puncak suku bunga mungkin akan terjadi, risiko geopolitik dan kondisi keuangan yang ketat menunjukkan bahwa The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga lagi tahun ini,” kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda.

Menurut Moya, jika perekonomian kembali meningkat pada awal 2024, risiko pengetatan mungkin akan kembali terjadi, namun saat ini tampaknya emas sudah keluar dari zona bahaya.

“Kinerja logam mulia ini dalam jangka panjang akan bergantung pada apakah ada dampak ekonomi dan keuangan yang lebih buruk akibat krisis di Timur Tengah," kata ahli strategi RBC Capital Markets LLC Christopher Louney dalam sebuah catatan.

Bank Sentral pada bulan September menaikkan perkiraan dasar (base case) untuk emas dengan pandangan bahwa kebijakan moneter pada akhirnya akan berubah seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi.

“Di tengah kenaikan harga minyak, kami juga menyoroti potensi implikasi inflasi harga dan meningkatnya ketidakpastian terhadap The Fed dan juga emas. Mengingat prospek emassaat ini dan pergerakan risiko yang lebih tinggi, kami mungkin sudah melihat titik terendah secara kuartalan,” tulis analis RBC Capital.

Harga emas di pasar spot turun 0,1 persen menjadi US$1,859.56 per troy ounce pada pukul 15:28. di New York. Harga emas Comex untuk pengiriman Desember 2023 naik 0,6 persen menjadi US$1,875.30 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper