Bisnis.com, JAKARTA - Emiten transportasi dan logistik milik konglomerat TP Rachmat, PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) membeberkan strategi perseroan dalam menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi per 1 Oktober 2023.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga BBM eceran nonsubsidi sekitar Rp700 per 1 Oktober 2023. Harga Pertamax untuk wilayah DKI Jakarta naik menjadi Rp14.000 per liter. Pada bulan lalu, harga BBM dengan nilai oktan 92 (RON 92) ini dibanderol Rp13.300 per liter.
Penyesuaian harga BBM juga terjadi pada Pertamax Turbo, Dexlite hingga Pertamina Dex. Di lain sisi, harga Pertalite dan solar subsidi tidak mengalami perubahan atau tetap pada level Rp10.000 untuk Pertalite dan Rp6.800 untuk solar subsidi.
Direktur Utama ASSA Prodjo Sunarjanto mengatakan, terkait kenaikan harga BBM, perseroan masih memantau kondisi terkini sambil terus berupaya meningkatkan efisiensi di segala lini.
"Perseroan memperkirakan dampak kenaikan [BBM] ini masih dapat dijaga terhadap kinerja konsolidasi ASSA pada tahun buku 2023, seiring dengan operasional perseroan yang sudah jauh lebih baik dibandingkan akhir 2022," ujar Prodjo kepada Bisnis dikutip Senin, (9/10/2023).
Salah satu strategi ASSA yakni pada bisnis kendaraan sewa atau rental, beban BBM ditanggung oleh customer sehingga tidak ada dampak langsung terhadap beban biaya perseroan. Sedangkan pada bisnis logistik untuk memperkecil dampak kenaikan BBM tersebut ASSA terus meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Baca Juga
"Perseroan juga sudah memperhitungkan potensi kenaikan biaya bahan bakar di dalam perjanjian kontrak terhadap customer," jelasnya.
Meninjau laporan keuangan ASSA per semester I/2023, beban bahan bakar meningkat 34,45 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp44,88 miliar, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp33,38 miliar.
Namun, secara keseluruhan, beban bahan bakar hanya berkontribusi 2,46 persen terhadap total beban pokok pendapatan ASSA yang sebesar Rp1,82 triliun pada enam bulan pertama 2023.
Dari segi kinerja keuangan, ASSA membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp69,57 miliar pada semester I/2023, atau turun 39,38 persen secara yoy dibandingkan semester I/2022 sebesar Rp114,78 miliar.
Pendapatan ASSA juga terpantau turun 24,65 persen yoy menjadi Rp2,38 triliun dibanding periode sama 2022 sebesar Rp3,17 triliun. Turunnya pendapatan ASSA sejalan dengan penurunan pendapatan dari segmen express delivery akibat dari normalisasi permintaan pengiriman parsel dari e-commerce.
Oleh karena itu, perseroan merombak lini bisnis dengan memperkuat armada untuk segmen rental kendaraan kepada korporasi (business to-business/B2B). Sebagai upaya menambah armada, ASSA menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp1,3 hingga Rp1,5 triliun tahun ini.
"Pada semester I/2023, ASSA telah menggunakan dana capex sekitar Rp665,6 miliar, mayoritas digunakan untuk pembelian kurang lebih 3.000 unit kendaraan baru yang akan digunakan untuk bisnis rental kendaraan B2B. Hingga akhir tahun, perseroan berencana menambah 5.000-6.000 unit kendaraan baru," katanya.
Beberapa strategi pengembangan bisnis ASSA lainnya di antaranya yaitu merambah segmen rantai pasok beku melalui Coldspace, menjalin kerja sama untuk pengiriman obat-obatan dengan Mostrans, serta mengembangkan pasar B2B mid-mile logistik melalui Cargoshare.