Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas, khususnya batu bara untuk kontrak November 2023 telah ditutup melemah di tengah adanya peningkatan produksi. Sementara itu, harga kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) juga ditutup melemah untuk kontrak pada Desember 2023.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bata ICE Newcastle kontrak November 2023 ditutup melemah 3,58 persen atau 5,35 poin ke level US$144 per metrik ton pada akhir perdagangan Rabu (4/10/23). Penurunan ini mencatatkan penurunan selama tiga hari berturut-turut.
Sementara itu, harga CPO untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah 14 poin ke 3,701 ringgit per ton.
Mengutip Bloomberg, Kamis (5/10) diketahui Jerman, negara perekonomian terbesar di Eropa, akan mengembalikan beberapa pembangkit listrik tenaga batu bara di musim dingin ini. Hal ini untuk memastikan Jerman dapat terus beroperasi, ketika permintaan mencapai puncaknya.
Pihak pemerintah sendiri mengizinkan aktivasi ulang unit-unit yang dimiliki oleh RWE AG dan LEAG dan telah disetujui oleh kabinet pada Rabu (4/10/2023). Langkah ini juga diharapkan dapat membantu menghemat gas dan mencegah kurangnya pasokan.
Kemudian, melansir dari Zee Business, diketahui bahwa Coal India juga melaporkan peningkatan produksi batu bara sebesar 12,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 51,4 juta metrik ton.
Baca Juga
Beralih ke CPO, berdasarkan survei Reuters, stok minyak sawit Malaysia pada akhir September 2023 kemungkinan besar juga meningkat ke level tertinggi sejak 2022, di tengah produksi yang lebih tinggi meskipun ekspor meningkat.
Malaysia selaku produsen minyak sawit terbesar kedua diperkirakan memproduksi 1,86 juta ton minyak sawit mentah atau CPO pada September 2023, meningkat 6,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan tertinggi sejak September 2020. Ekspor juga diperkirakan naik 8,04 persen menjadi 1,32 juta ton.
Namun di lain sisi, berdasarkan laporan Bloomberg, sebagian wilayah Asia Tenggara menghadapi permasalahan lantaran pohon kelapa sawit yang telah menua, sehingga bisa lebih sedikit menghasilkan lebih sedikit minyak nabati yang serbaguna.
Mengutip Reuters, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya juga menuturkan pada Senin (2/10) bahwa konsumsi batu bara, minyak dan gas alam global mungkin akan mencapai puncaknya sebelum 2030.