Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Hari Sepi, Bursa Karbon Akhirnya Transaksi Lagi

Bursa Karbon kembali mencatatkan transaksi setelah sepi transaksi selama 4 hari perdagangan berturut-turut.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meresmikan peluncuran Bursa Karbon Indonesia, Selasa (26/9/2023) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. / YouTube OJK
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meresmikan peluncuran Bursa Karbon Indonesia, Selasa (26/9/2023) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. / YouTube OJK

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Karbon kembali mencatatkan transaksi pada Rabu (4/10/2023) setelah sepi transaksi selama 4 hari perdagangan berturut-turut.

Bursa Karbon diluncurkan Presiden Jokowi pada Selasa (26/9/2023) dan menghimpun transaksi Rp29,2 miliar. Namun, pada hari kedua IDX Carbon mencatatkan transaksi Rp0.

Berdasarkan laporan perdagangan harian Bursa Karbon, volume karbon yang diperdagangkan pada Rabu (4/10/2023) ialah 14 ton unit karbon (tCO2), dengan nilai transaksi Rp974.400. Artinya, dengan transaksi tersebut, sebanyak total 459.967 unit karbon telah diperdagangkan pada Bursa Karbon sejak diluncurkan.

Sementara itu, sebanyak 17 entitas tercatat menjadi pengguna jasa Bursa Karbon. Harga pembukaan unit karbon kemarin mencapai Rp77.000 per unit karbon. Harga karbon mengalami penurunan dengan ditutup pada harga Rp69.600 per unit karbon.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menjelaskan transaksi Bursa Karbon memang tidak secair bursa saham.

"Karena ini masih tahap awal, jumlah pengguna jasa juga belum cukup banyak. Sosialisasi dan pertemuan masih kami lakukan dengan perusahaan potensial," tutur Jeffrey, Jumat (29/9/2023).

Dia berharap nantinya jumlah demand dan supply Bursa Karbon akan cukup banyak, sehingga transaksi Bursa Karbon bisa lebih likuid.

Jeffrey juga mengatakan saat ini Bursa tengah memproses beberapa calon pengguna jasa baru Bursa Karbon, baik dari sisi penjual maupun pembeli.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan sepinya transaksi pasar karbon disebabkan karena masih wait and see-nya para pelaku bisnis yang berkepentingan untuk ikut serta dalam perdagangan tersebut.

"Selain itu juga menurut saya belum adanya pajak karbon juga jadi faktor belum terdorongnya pembelian unit karbon," ucap Felix.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper