Bisnis.com, PALEMBANG — PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) berhasil mencapai produksi batu bara sebesar 18,8 juta ton sepanjang semester pertama tahun 2023 atau mengalami peningkatan kinerja mencapai 18 persen secara year on year (YoY).
Sekretaris PTBA Nikho Candra mengungkapkan bahwa pada tahun sebelumnya, produksi batu bara perseroan berada di angka 15,9 juta ton dengan nilai pendapatan Rp18,9 triliun. Jumlah itu tumbuh 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Nikho, produksi yang dihasilkan PTBA tetap mengalami pertumbuhan, meskipun dilihat dari harga batu bara tahun 2023 ini terjadi tren penurunan.
"Secara global harga batu bara sekarang di kisaran angka US$160 dolar Amerika Serikat per ton. Sedangkan di tahun 2022, harganya mencapai US$400 dolar Amerika Serikat per ton," kata Nikho, Jumat (22/9/2023).
Dia menuturkan bahwa basis sumber daya yang dimiliki PTBA cukup besar yaitu sebanyak 5,851 miliar ton dengan cadangan batu bara mencapai 3,018 miliar ton. Berdasarkan data tersebut, perseroan yang merupakan anggota holding pertambangan MIND ID optimistis tetap mampu meningkatkan produksi dan pendapatan.
Saat ini, imbuh Nikho, PTBA juga telah menerapkan model bisnis secara end to end atau sudah membangun disversifikasi bisnis yang luas.
Baca Juga
"Dan kita juga ada beberapa bisnis yang bersifat supporting, yang masuk didalam non-core. Termasuk juga hilirisasi, PTBA sudah mulai mengarah ke sana," ungkapnya.
Di lain sisi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Didik Susetyo mengatakan bahwa peran pertambangan batu bara memang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Mulai dari kesempatan kerja, pendapatan serta kualitas hidup masyarakat di sekitar area operasional.
"Operasional industri pertambangan batu bara memicu efek pengganda [multiplier effect] pada pembangunan lainnya. Sehingga kehadiran seperti PTBA di Sumatra Selatan ini patut untuk dimaksimalkan," katanya.
Kendati begitu, Didik menegaskan bahwa perusahaan harus memperhatikan pentingnya optimalisasi hilirisasi batu bara. Utamanya, dalam menghadapi transisi ke energi baru terbarukan atau EBT.
"Upaya untuk mengadopsi EBT tetap harus sejalan dengan potensi sumber daya batu bara yang masih melimpah dan teknologi yang ramah lingkungan. sehingga muaranya bisa berkontribusi penuh pada pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional maupun daerah," pungkasnya. (K64)