Bisnis.com, JAKARTA – Saham sektor properti dan real estat dengan kapitalisasi pasar bernilai jumbo mencatatkan pelemahan, saat Bank Indonesia (BI) kembali menahan laju tingkat suku bunga acuan di level 5,75 persen pada September 2023.
Berdasarkan data RTI Business, salah satu saham properti yang menurun pada hari ini, Kamis (21/9/2023), adalah PT Metropolitan Kentjana Tbk. (MKPI). Emiten dengan market cap Rp31,39 triliun ini menorehkan penurunan saham sebesar 1,05 persen ke Rp33.100.
Selanjutnya, ada PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp17,8 triliun. MPRO membukukan penurunan harga saham sebesar 0,56 persen menuju Rp1.790. Meski demikian, sepanjang tahun berjalan, saham MPRO menguat 18,54 persen.
Selain itu, ada saham PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp21,7 triliun. Harga saham BSDE terpantau melemah 0,49 persen menuju level Rp1.025, dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 12,12 juta dan turnover Rp12,58 miliar.
Adapun saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) juga menurun 0,49 persen ke Rp1.015. Di sisi lain, emiten dengan market cap senilai Rp18,81 triliun ini masih membukukan peningkatan harga saham sebesar 7,98 persen secara year-to-date.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, sebelumnya telah memperkirakan bahwa keputusan BI untuk menahan tingkat suku bunga acuan tidak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan saham properti.
Baca Juga
“Kemungkinan ditahannya suku bunga akan berpengaruh minimal ke sektor properti. Selama belum ada sinyal penurunan suku bunga, penaikan saham sektor properti relatif terbatas,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan bahwa meski daya beli dan konsumsi terjaga, pertumbuhan kredit akan terkena dampak dari tingkat suku bunga yang tinggi.
Kendati demikian, dia menilai strategi penjualan yang dilakukan oleh emiten sektor properti cukup menarik sehingga mampu menjaga target penjualan di jalur positif.
“Hal ini tentu yang memberikan implikasi positif bagi sektor properti yang di mana memang mengalami kenaikan sebesar 1,19 persen sejak awal tahun,” kata Nico.
Dia pun memproyeksikan sektor properti masih akan tertekan, meski tetap bertumbuh secara terbatas hingga akhir tahun ini. Sementara itu, pada 2024, sektor ini dinilai memiliki peluang untuk bersinar selama ada ruang penurunan tingkat suku bunga.