Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,45 persen atau 31,36 poin ke level 7.011,68 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (20/9/2023). Sejumlah saham BUMN, yakni BBRI, BMRI, dan BBNI masuk ke dalam daftar saham paling laris hari ini
Pada perdagangan hari ini, nilai transaksi BBRI tercatat sebesar Rp532,8 miliar. Adapun saham BBRI terpantau dalam posisi stagnan di harga Rp5.375.
Sedangkan BMRI dan BBNI masing-masing mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp395,3 miliar dan 394,4 miliar. Saham BMRI naik 1,25 persen atau 75 poin ke harga Rp6.075 dan BBNI naik 1,32 persen atau 125 poin ke harga Rp9.575.
Sebelumnya, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, BMRI menunjukkan uptrend, atau mengalami kecenderungan naik pada pola parallel channel. Posisi BMRI dekat resistance atau batas atas harga upper channel Rp6.125 - Rp6.200 di kala RSI negative divergence.
Relative Strength Index (RSI) merupakan indikator teknikal yang dapat mengukur kekuatan dan momentum dari pergerakan harga sebuah aset atau sekuritas dalam suatu periode. Sedangkan, RSI negative divergence adalah kondisi ketika harga saham terus naik, tapi RSI melemah.
Liza menyarankan untuk sell on strength, yakni menjual di harga yang sedang meningkat. Adapun support atau batas bawah harga di rentang Rp6.000 – Rp5.900 atau Rp5.775 atau kisaran Rp5.500 – Rp5.450.
Baca Juga
Sementara itu, Liza menjelaskan, BBNI sukses naik dari batas bawah harga atau support Moving Average (MA) 20, yakni rata-rata pergerakan harga dalam rentang 20 hari terakhir.
“BBNI sukses rebound dari support MA20, BBNI lanjutkan uptrend jangka pendek ini menuju target pattern falling wedge di sekitar Rp10.000 - Rp10.050.” tulis Liza dalam riset hariannya, Rabu (20/9/2023).
Pola falling wedge tersebut merupakan pola pergerakan harga yang dilihat melalui dua garis tren. Di mana dapat terlihat ada pembalikan harga atau reversal. Liza menyarankan untuk average up atau strategi menjual saham BBNI ketika harga di atas Rp9.700 - Rp9750.
Adapun, resistance dari level harga tertinggi pada penutupan sebelumnya ada di Rp9.900 - Rp9.950. Sedangkan support berada di rentang Rp9.450 - Rp9.400 atau Rp9.350 - Rp9.300.
Dihubungi secara terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyarankan untuk saham BMRI accumulate, yakni pembelian atau pengumpulan saham dilakukan secara berkala. Adapun target harga BMRI berada di level Rp6.375.
Sementara itu, Nafan mengatakan, target harga atau Target Price (TP) saham BBNI sebelum stock split atau pemecahan harga saham berada di level Rp10.350. Setelah stock split, harga saham BBNI akan berada di level Rp5.175. Nafan menyarankan accumulate.
Adapun saham BUMN sektor perbankan lainnya, yakni BBTN dan BRIS masing-masing mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp15,79 miliar dan Rp176,53 miliar pada perdagangan hari ini. BBTN terpantau dalam posisi stagnan di harga Rp1.235. Sedangkan BRIS naik 5,86 persen atau 95 poin ke harga Rp1.715 pada perdagangan hari ini.
Nafan menjelaskan, sentimen positif yang dapat mendorong sektor perbankan tentu berkaitan dengan peningkatan kinerja pertumbuhan kredit seperti kredit sektor properti dan otomotif, maupun pinjaman kepada perusahaan dalam rangka ekspansi bisnis. Hal tersebut sehubungan dengan perekonomian kita yang masih terus menunjukkan ekspansi.
Di sisi lain, Nafan menjelaskan, sentimen positif juga berkaitan dengan tingkat likuiditas kita di pasar keuangan yang memadai. Ditambah, sejauh ini kinerja laporan keuangan perbankan pun masih memberikan kinerja yang progresif, terutama dari sisi bottomline atau net interest margin (NIM).
Bottom line adalah pendapatan bersih atau laba bersih perusahaan. Sedangkan, NIM merupakan selisih antara pendapatan bunga yang dihasilkan bank dengan jumlah bunga yang dibayarkan ke pemberi pinjaman.
Sedangkan, sentimen negatif bisa terkait dengan kinerja pertumbuhan kredit yang kurang optimal meskipun sifatnya temporer, serta ada sentimen era suku bunga tinggi yang masih berlaku. Selain itu, investor juga mengharapkan dividen.
“Investor juga mengharapkan dividen. Karena nanti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengatur pembatasan dividen dari bank. Paling tidak sentimennya temporer, tinggal para pelaku pasar yang beradaptasi.” kata Nafan kepada Bisnis, Rabu (20/9/2023). (Daffa Naufal Ramadhan).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.