Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah kembali dibuka melemah di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (19/9/2023) saat indeks dolar AS melemah.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, mata uang rupiah melemah 0,08 persen atau turun 12,5 poin ke posisi Rp15.382, sementara itu indeks dolar melemah 0,04 persen ke level 104.812.
Mata uang lain di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi cenderung melemah di hadapan dolar AS. Yen Jepang melemah 0,07 persen, dolar Singapura melemah 0,07 persen, dolar Taiwan melemah 0,09 persen, rupee India melemah 0,11 persen, yuan China turun 0,06 persen ringgit Malaysia jatuh 0,07 persen, dan bath Thailand melemah 0,05 persen.
Sementara itu, mata uang yang menguat adalah dolar Hong Kong 0,04 persen, won Korea menguat 0,07 persen dan peso Filipina menguat 0,20 persen.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada hari ini, mata uang rupiah akan akan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.350 hingga Rp15.430 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan saat ini pasar sedang waswas terkait dengan keputusan Bank of England (BoE) dan The Fed mengenai kenaikan suku bunga. Kedua bank Central yang sama-sama akan mengadakan pertemuan minggu ini diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan.
Baca Juga
Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya ketika mengumumkan keputusan terbarunya pada hari Rabu, namun juga kemungkinan akan mempertahankan sikap hawkishnya, menandakan kemungkinan setidaknya satu kali kenaikan lagi pada tahun ini.
Bank of England juga mengadakan pertemuan minggu ini, dan kemungkinan akan menaikkan suku bunga untuk ke-15 kalinya pada hari Kamis karena inflasi tetap tinggi bahkan ketika perekonomian Inggris sedang naik.
Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa BoE mungkin memberi sinyal berakhirnya siklus kenaikan suku bunga setelah perkiraan kenaikan suku bunga pada hari Kamis. Meskipun kenaikan suku bunga apa pun kemungkinan akan memberikan dukungan terhadap yen, mata uang ini masih mengalami kesulitan di tengah menurunnya minat carry trade dan semakin lebarnya kesenjangan antara suku bunga lokal dan AS.