Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Dekati Level Tertinggi 2023 Berkat Proyeksi IEA

Proyeksi IEA menunjukkan permintaan minyak mentah akan melampaui pasokan sebesar rata-rata 1,2 juta barel per hari selama paruh kedua 2023.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah di pasar global mendekati level tertinggi tahun ini karena Badan Energi Internasional (IEA) menambahkan proyeksinya bahwa pasar akan mengalami defisit pasokan yang signifikan pada semester II tahun ini.

Harga minyak Brent untuk pengiriman November turun 18 sen menjadi menetap di US$91,88 per barel di London ICE Futures Exchange pada penutupan perdagangan Rabu (13/9/2023), setelah mencapai tertinggi sesi di US$92,84 per barel yang merupakan tertinggi sejak November 2022.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober menyusut 32 sen menjadi ditutup pada US$88,52 per barel di New York Mercantile Exchange, dengan harga tertinggi sesinya di US$89,64 per barel juga merupakan level tertinggi sejak November 2022.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/9/2023), berdasarkan proyeksi terbaru IEA, permintaan minyak mentah akan melampaui pasokan sebesar rata-rata 1,2 juta barel per hari selama paruh kedua 2023. Hal ini mengikuti perkiraan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahwa kuartal keempat pasar mungkin akan mengalami defisit terbesar dalam lebih dari satu dekade.

Angka-angka tersebut memperkuat pergeseran sentimen dalam beberapa pekan terakhir. Penetapan harga opsi menunjukkan meningkatnya permintaan untuk opsi minyak berjangka yang bullish, dan rentang waktu utama diperdagangkan dalam kemunduran bullish, yang menunjukkan kelangkaan pasokan.

West Texas Intermediate berfluktuasi mendekati U$88 per barel sepanjang sesi, sebagian besar mengikuti pergerakan pasar saham. Namun para investor minyak bersiap menghadapi potensi pelemahan karena acuan teknis seperti indeks kekuatan relatif menunjukkan kontrak berjangka berada di dekat wilayah overbought (jenuh beli) setelah lonjakan baru selama beberapa minggu terakhir.

Sebelumnya, data inflasi AS memberikan gambaran beragam mengenai prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Sementara itu, stok minyak mentah AS naik hampir 4 juta barel pada minggu lalu, menurut laporan Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu. Persediaan di pusat penyimpanan terbesar di Cushing, Oklahoma, turun sekali lagi, mencapai level terendah sejak Desember 2022.

Prospek bullish menambah momentum pada reli yang dimulai pada pertengahan Juni karena Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan sementara permintaan AS dan China terbukti relatif tangguh. Pasar bahan bakar, terutama produk sejenis solar yang dikenal sebagai sulingan, juga mengalami penurunan.

“Pasar benar-benar mengetat pada paruh kedua tahun ini. Pasar berisiko melihat berlanjutnya keterbatasan di pasar, terutama untuk produk sulingan, menjelang bulan-bulan musim dingin,” kata Toril Bosoni, kepala divisi pasar minyak IEA kepada Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper